Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yield Obligasi Terus Naik, Ini Strategi Pinnacle Meramu Reksa Dana

Naiknya yield obligasi mempengaruhi kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap yang berbasis obligasi negara.
President dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra (tengah) memberikan penjelasan pada konferensi pers peluncuran Pinnacle FTSE  Indonesia ETF (XPFT), di Jakarta, Senin (10/9/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
President dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra (tengah) memberikan penjelasan pada konferensi pers peluncuran Pinnacle FTSE Indonesia ETF (XPFT), di Jakarta, Senin (10/9/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikan yield obligasi menekan harga obligasi dan berefek pada kinerja reksa dana pendapatan tetap. Manajer Investasi pun berstrategi untuk mempertahankan kinerja produk berbasis obligasi.

Direktur Utama PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan sepanjang tahun berjalan imbal hasil atau yield surat utang negara (SUN) memang mengalami volatilitas cukup tinggi dan terus menunjukkan tren naik.

Dia menuturkan, kenaikan yield SUN secara tidak langsung juga disebabkan naiknya yield US Treasury karena kekhawatiran investor terhadap proyeksi kenaikan tingkat inflasi sehingga memengaruhi harga SUN.

“Tentunya ini secara langsung juga mempengaruhi kinerja RD Pendapatan Tetap yang berbasis obligasi negara juga yang mengalami sedikit tekanan,” katanya kepada Bisnis, Senin (22/3/2021)

Sebagai gambaran, berdasarkan data worldgovernmentbonds.com, yield SUN 10 tahun Indonesia saat ini ada di level 6,85 persen, sedangkan obligasi AS atau US Treasury ada di level 1,67 persen.

Adapun untuk menjaga kinerja produk reksa dana pendapatan tetap agar tetap mencetak kinerja maksimal, Pinnacle melakukan sejumlah strategi. Salah satunya dengan menerapkan Active Duration Strategy.

“Untuk strategi reksa dana obligasi yang berbasis SBN/SUN, ada produk Pinnacle Indonesia Bond Fund. Pada saat ini di tengah volatilitas dan tren kenaikan yield, durasi secara keseleruhan di portfolio obligasi kami lebih pendek atau shorter relatif dengan benchmark,” jelas Guntur.

Lebih lanjut, Guntur menilai secara keseluruhan tahun produk berbasis kelas aset saham lebih bullish, tapi bukan berarti reksa dana pendapatan tetap kehilangan potensi untuk mendapatkan kinerja yang positif.

“Reksa dana pendapatan tetap masih ada potensi, tapi mungkin dari sisi potential upside lebih limited dibandingkan dengan reksa dana berbasis equity,” katanya lagi.

Seiring hal tersebut Pinnacle mengandalkan produk reksa dana saham indeks dan ETF saham yaitu yang berbasis FTSE Indonesia Index, yang mana Pinnacle merupakan MI pertama di Indonesia yang berkolaborasi dengan FTSE Russell sebagai jasa penyedia indeks global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper