Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Tertekan, Investor Disarankan 'Parkir' Dulu di Reksa Dana Pasar Uang

Berdasarkan data Infovesta Utama, terdapat tiga jenis indeks reksa dana mencetak imbal hasil negatif pada penutupan pekan lalu, yang mana kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) turun sebesar 0,03 persen.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas reksa dana kembali mencetak kinerja negatif sepanjang pekan lalu seiring tekanan yang menerpa pasar. Lantas, apa yang perlu diperhatikan investor?

Berdasarkan data Infovesta Utama, terdapat tiga jenis indeks reksa dana mencetak imbal hasil negatif pada penutupan pekan lalu, yang mana kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) turun sebesar 0,03 persen.

Kinerja indeks komposit yang memerah diikuti oleh menurunnya kinerja reksa dana saham dan reksadana campuran masing-masing minus sebesar 0,33 persen dan 0,07 persen.

Selanjutnya, reksa dana pendapatan tetap juga tercatat negatif sebesar 0,07 persen yang didorong oleh penurunan kinerja Obligasi Pemerintah sebesar 0,03 persen, sedangkan obligasi korporasi mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen. Sementara itu, reksadana pasar uang tetap mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 0,07 persen.

Tim Infovesta mengatakan, tekanan yang menerpa pasar pekan lalu utamanya disebabkan oleh kekhawatiran investor bahwa akan ada peningkatan inflasi yang dapat berujung pada kenaikan tingkat suku bunga acuan.

“Meskipun The Fed maupun Bank Indonesia masih mempertahankan tingkat suku bunganya, investor tetap memiliki kekhawatiran besar,” tulis Infovesta, seperti dikutip Bisnis, Senin (22/3/2021). 

Lebih lanjut, Infovesta menuturkan hal tersebut disebabkan oleh harapan pemulihan ekonomi yang cepat yang mulai ditunjukkan oleh perbaikan indikator ekonomi dan dimulainya peluncuran program vaksinasi.

“Apabila hal demikian terjadi, maka dapat menyebabkan pasar saham maupun obligasi bergejolak,” tambahnya.

Dari sisi pasar saham dapat terjadi sentimen negatif pada keberlangsungan bisnis yang memiliki struktur hutang yang tinggi apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan.

Selain itu, dari pasar obligasi sendiri, karena kemungkinan pemangkasan tingkat suku bunga sudah sangat terbatas, maka investor perlu tetap waspada akan kenaikan tingkat suku bunga di tahun depan.

Oleh karena itu, untuk berjaga-jaga Infovesta menyarankan investor agar mempertimbangkan reksa dana pasar uang sebagai tempat parkir sementara, sembari mengamati perkembangan pasar.

“Investor juga perlu memantau perkembangan kebijakan ekonomi baik secara global maupun lokal untuk mengambil posisi reksa dana berbasis saham maupun obligasi di saat mengalami tekanan,” tutup Infovesta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper