Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah saham emiten BUMN karya mengalami koreksi harga sejak awal tahun 2021. Potensi penurunan pendapatan ditengarai menjadi alasan investor memilih keluar dari BUMN karya.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, secara year to date atau tahun berjalan harga saham BUMN karya mengalami penurunan per Kamis (4/3/2021). PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) memimpin pelemahan hingga 14,48 persen secara ytd ke level Rp1.595.
Menyusul, emiten operator tol PT Jasa Marga Tbk. (JSMR) mengalami penurunan hingga 12,1 persen, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) turun 12,09 persen. Kemudian, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) turun 10,1 persen dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) turun 0,69 persen.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menuturkan turunnya sejumlah harga saham BUMN karya kemungkinan karena adanya asumsi kinerja tahunan akan turun di tengah kondisi pandemi Covid-19.
"Asumsi ini muncul bukan karena semata-mata mereka tidak dapat proyek, tapi soal pembayaran ke BUMN karya tersebut. Seperti kita ketahui, BUMN karya banyak mengerjakan proyek infrastrukturnya pemerintah, ada kekhawatiran telat bayar," ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (4/3/2021).
Menurutnya, ketika pemerintah saat ini lebih banyak alokasikan dana untuk kesehatan dibandingkan dengan infrastruktur, sehingga pelaku pasar berasumsi pembayaran atas pengerjaan proyek BUMN karya akan tertunda sehingga dapat mengurangi kinerjanya.
Baca Juga
Reza menilai dari sisi level harga saham memang menarik untuk kembali Buy on Weakness pada emiten-emiten tersebut. Namun, masalahnya sentimen kinerja ini masih ada sehingga potensi naik pun akan sulit jika persepsi tersebut masih ada.
Persepsi ini baru akan hilang ketika realisasi kinerja melalui laporan keuangan tahunan sudah keluar, sehingga investor dapat melakukan pilihan yang lebih berdasarkan data.
"Pelaku pasar tidak hanya melihat berapa banyak proyek yang dikerjakan, tapi juga melihat dari sekian banyak proyek yang dikerjakan berapa besar dapat menghasilkan pendapatan," ujarnya.
Sementara itu, Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennis Christopher menilai penurunan harga saham BUMN karya seiring dengan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (4/3/2021).
Dia merekomendasikan untuk hold seluruh saham emiten BUMN karya tersebut mengingat sentimen positif untuk saham-saham tersebut masih ada sambil menanti pengumuman laporan keuangan tahunan 2020.
Adapun, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama masih optimistis melihat harga saham emiten BUMN karya. Implementasi berbagai kebijakan terutama sovereign wealth fund (SWF) atau lembaga pengelola investasi (LPI) Indonesia dapat mendongkrak kinerja harga saham BUMN Karya.
"Implementasi daripada SWF memiliki manfaat yang berarti bagi emiten agar tidak tergantung kepada APBN untuk membiayai infrastruktur. Beban utang emiten menjadi berkurang sehingga menyehatkan kinerja cash flow," katanya kepada Bisnis.
Dengan demikian, SWF akan meningkatnya capital inflow kepada saham-saham emiten berbasis infrastruktur. Pemerintah pun mulai menyiapkan insentif fiskal dalam mendorong kemajuan investasi melalui SWF.
Selain itu, insentif pajak dividen juga berpotensi mendukung peningkatan investasi infrastruktur di tanah air yang dikenal cukup sering bagi-bagi dividen.
Binaartha pun masih merekomendasikan hold dan maintain buy untuk seluruh saham emiten BUMN Karya. Dia merekomendasikan beli saham JSMR di rentang harga Rp4.370-Rp4.420, dengan target price (TP) di level Rp4.530.
Sementara saham ADHI direkomendasikan beli di rentang Rp1.360 – Rp1.420 dengan TP terdekat di level Rp1.445. Selanjutnya, saham WIKA rekomendasi beli di rentang Rp1.765 – Rp1.785 dengan target harga terdekat Rp1.840.
Adapun, WSKT masih direkomendasikan beli pada rentang harga Rp1.480 - Rp1.490 dengan target harga terdekatnya di level Rp1.570.