Bisnis.com, JAKARTA – Hasil lelang sukuk negara yang minim penyerapan kemarin (23/2/2021) disebut menjadi indikasi tekanan pada pasar surat utang domestik.
Berdasarkan rilis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, dari enam seri sukuk negara yang ditawarkan, pemerintah menghasilkan penawaran masuk senilai Rp24,23 triliun.
Sementara itu, dari lelang hari ini total nominal yang dimemangkan oleh pemerintah adalah Rp4,99 triliun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 persen dari target penyerapan yang dicanangkan pemerintah sebelumnya sebanyak Rp12 triliun.
Terkait hal tersebut, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, hasil penawaran pada lelang sukuk hari ini sesuai dengan perkiraannya di kisaran Rp20 triliun.
Meski demikian, jumlah penyerapan yang berada dibawah target pemerintah mencerminkan tekanan yang terjadi pada pasar obligasi Indonesia. Hal ini terlihat dari pelemahan tingkat imbal hasil (yield) obligasi Indonesia selama beberapa pekan terakhir.
Data dari laman World Government Bonds mencatat, tingkat imbal hasil obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun adalah sebesar 6,706 persen. Angka tersebut menunjukkan pelemahan sebesar 37,2 basis poin selama sepekan belakangan.
Baca Juga
Menurutnya, tingkat kewaspadaan investor pada lelang hari ini terbilang tinggi. Ramdhan memaparkan, para investor masih memantau kelanjutan paket stimulus dari Amerika Serikat senilai US$1,9 triliun.
Tekanan pada pasar obligasi domestik juga ditambah dengan penguatan imbal hasil obligasi AS (US Treasury) yang menunjukkan tren positif.
“Tren US Treasury yang sedang bagus membuat investor cenderung memilih menahan dananya atau masuk ke US Treasury,” katanya saat dihubungi pada Selasa (23/2/2021).
Minimnya jumlah penyerapan juga tidak terlepas dari ketiadaan hasil lelang yang dimenangkan dari sukuk negara seri PBS027 dan PBS017. Pada lelang hari ini, masing-masing seri mengumpulkan penawaran sebesar Rp4,22 triliun dan Rp4,04 triliun.
Terkait hal tersebut, Ramdhan mengatakan ketiadaan itu disebabkan oleh tingkat imbal hasil yang diminta oleh investor tidak mencerminkan kondisi pasar surat utang Indonesia saat ini. Oleh karena itu, pemerintah lebih memilih untuk tidak memenangkan kedua seri tersebut.
“Ini adalah strategi pemerintah untuk menjaga kondisi pasar obligasi tetap kondusif dan menarik. Kejadian seperti ini juga sudah pernah terjadi sebelumnya,” lanjut Ramdhan.
Ramdhan melanjutkan, investor domestik masih menjadi penopang hasil penwaran lelang sukuk pada hari ini. Hal tersebut terlihat dari jumlah penawaran yang masuk pada seri menengah panjang yang umumnya dicari oleh dana pensiun atau dana asuransi.