Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja indeks-indeks yang biasa dijadikan acuan untuk produk reksa dana diperkirakan masih prospektif seiring karakteristik indeks yang biasanya bergerak sejalan dengan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per akhir perdagangan Selasa (9/2/2021), IHSG mencatat kinerja positif 3,39 persen sepanjang tahun berjalan.
Indeks acuan lainnya juga positif meski masih underperform IHSG, seperti indeks LQ45 (1,65 persen), IDX Growth 30 (3,60 persen), IDX30 (0,52 persen), SRI-KEHATI (1,07 persen), dan Bisnis-27 (0,68 persen).
Head of Market Research Wawan Hendrayana mengatakan secara historis indeks-indeks acuan selain indeks harga saham gabungan (IHSG) memiliki volatilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan indeks komposit karena jumlah anggota konstituennya jauh lebih sedikit.
“Semakin kecil jumlah sahamnya, volatilitasnya semakin tinggi karena pergerakannya kan hanya dipengaruhi puluhan indeks saja. Sementara IHSG ada sekitar 700 saham jadi volatilitasnya tentu lebih terjaga,” ujar Wawan, Selasa (9/2/2021)
Dia menilai volatilitas tersebut seperti pisau bermata dua, yang mana jika kondisi pasar tengah dalam tren pelemahan, indeks acuan kemungkinan besar underperform IHSG. Namun, jika sebaliknya, indeks acuan kerap rebound lebih tinggi dari indeks komposit.
“Proyeksi kami IHSG tahun ini bisa naik sekitar 10—15 persen, kalau indeks [acuan] berarti akan naik 1—2 persen lebih tinggi. Selalu seperti itu, contohnya waktu kuartal IV/2020 lalu kan, LQ45 dan IDX30 jauh di atas IHSG,” tutur Wawan lagi.
Senada, Chief Investment Officer UOB Asset Management Indonesia Albert Budiman juga mengatakan saat ini kinerja indeks-indeks acuan memang underperform IHSG, salah satunya terseret koreksi dalam yang terjadi akhir Januari lalu.
Lebih lanjut, dia mengatakan tiap-tiap indeks memiliki karakter yang berbeda tergantung anggota konstituen penyusunnya sehingga itu akan memengaruhi jarak kinerja indeks terhadap kinerja IHSG.
Dia mencontohkan indeks Binis-27 yang pembobotannya cenderung berat ke saham blue chip sehingga pergerakannya akan sangat dipengaruhi fluktuasi harga saham-saham tersebut.
Sementara itu, belakangan ini IHSG banyak dipengaruhi oleh kenaikan signifkan sejumlah saham berkapitalisasi kecil dan menengah sehingga sedikit banyak pergerakannya menjadi berbeda.
Baca Juga : ASII dan AKRA Bawa Indeks Bisnis-27 Melemah |
---|
“Memang saham-saham yang sedang hits itu secara bobot kecil, tapi kalau dia naiknya besar dan terus-terusan pasti bikin IHSG outperform indeks-indeks lain,” imbuh Albert.
Kendati demikian, dia memprediksi hal tersebut tak akan berlangsung lama karena secara perlahan saham-saham yang tengah jadi primadona pasar itu akan kembali ke harga sesuai fundamentalnya sehingga pergerakan IHSG akan lebih stabil.
“Saham-saham small-mid caps itu kalau tidak disusul dengan kinerja yang bagus akhirnya akan koreksi. Terlalu cepat dan fantastis naiknya itu enggak bagus. Yang lebih rasional di saham-saham bluechip, naiknya enggak fantastis tapi mereka lebih resilient dan nanti seiring laporan keuangan, bisa terbukti akan mengikuti harganya,” jelas Albert.
Kembali ke indeks acuan, Albert mengatakan pada dasarnya indeks-indeks acuan masih prospektif apalagi pergerakan indeks acuan tak akan jauh berbeda dengan IHSG. Pun, dia memproyeksikan IHSG masih akan bergerak dalam tren bullish tahun ini, dengan target naik ke level 7.000.
“Kalau secara overall kinerja indeks mengalami penurunan tapi seiring menguatnya pasar regional, indeks juga jadi ikut. Yang harus kita highlight, kalau bicara indeks kita bicara market overall, kalau ada koreksi sebagai kesempatan untuk masuk,” tutur Albert.