Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tabir di Balik Lonjakan Transaksi Saham, dari Influencer hingga Motif Asal Cuan

Transaksi broker sepanjang Januari 2021 tercatat Rp849,12 triliun, melonjak hampir 180 persen dibandingkan transaksi sepanjang Januari 2020 lalu yang mencapai Rp303,72 triliun.
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA—Sepak terjang investor ritel dinilai menjadi motor pendorong lonjakan transaksi pialang saham sepanjang Januari 2021. Sebagian investor mendulang cuan dari aktivitas di pasar modal. 

Berdasarkan data Bloomberg, transaksi broker sepanjang Januari 2021 tercatat Rp849,12 triliun, melonjak hampir 180 persen dibandingkan transaksi sepanjang Januari 2020 lalu yang mencapai Rp303,72 triliun.

Realisasi tersebut ditengarai menjadi salah satu yang tertinggi sepanjang sejarah. Apalagi jauh melampaui total transaksi Januari di tahun-tahun sebelumnya, misalnya Januari 2019 total transaksi di bursa mencapai Rp448,1 triliun dan Januari 2018 mencapai Rp401,78 triliun.

Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan faktor utama kenaikan transaksi saham di bulan pertama tahun ini adalah aktivitas retail yang kian tinggi di pasar modal Indonesia.

Di sisi lain, dia tak menampik bahwa geliat investor ritel tersebut salah satunya dipicu oleh tren influencer saham yang tengah ramai belakangan ini, yang membuat semakin banyak masyarakat tertarik masuk ke pasar saham.

“Mungkin ada juga [pengaruh influencer],” kata Laksono kepada Bisnis, Rabu (3/2/2021)

Dia mengatakan pada dasarnya bursa melihat kenaikan transaksi tersebut sebagai suatu hal yang positif di tengah perkembangan pasar modal. Dia juga menyebut tak ada hal yang perlu dikhawatirkan sejauh ini, termasuk soal transaksi margin.

So far tidak ada concern, [persentase transaksi] margin masih dalam tahap yang wajar,” imbuhnya.

Seperti diketahui, belakangan ini potensi peningkatan transaksi margin sempat menjadi kekhawatiran karena dapat memicu margin call dan berujung pada penjualan paksa saham (forced sell) ketika harga saham turun.

Senada, Head of Equity Research BNI Sekuritas Kim Kwie Sjamsudin menyebut kenaikan transaksi di awal tahun ini sejalan dengan kenaikan aktivitas dan jumlah investor ritel yang meningkat pesat selama beberapa bulan belakangan.

“Ditambah juga dengan peningkatan transaksi foreign investor di Januari,” ujarnya kepada Bisnis.

Kim mengaku belum dapat memprediksi apakah tren kenaikan transaksi ini akan terus langgeng sepanjang tahun. Pasalnya, fenomena transaksi seramai ini juga belum pernah terjadi sebelumnya dan ketidakpastian di pasar masih tinggi.

Analis CSA Research Institute Reza Priyambada menuturkan, sepak terjang investor ritel menjadi sangat berpengaruh terhadap kenaikan nilai transaksi saham karena karakteristik ritel yang cenderung melakukan transaksi jangka pendek.

Di saat yang sama, investor ritel juga amat terpengaruh dengan sentimen yang menghinggapi pasar dan jauh lebih reaktif dibandingkan dengan investor institusi.

“Begitu ada pemberitaan terhadap sesuatu, baik secara makro atau individual terkait saham-saham tertentu, mereka langsung beraksi sehingga transaksi di bursa cenderung lebih ramai,” tutur Reza.

Seperti yang dikatakan Laksono, Reza juga menilai kehadiran para influencer saham turut memantik sikap reaktif investor ritel. Apalagi di era sekarang media sosial menjadi sumber informasi terkait bursa dan saham yang kian menyaingi informasi resmi dari otoritas bursa atau sekuritas.

“Terlepas itu medsos bener apa nggak, karena ritel lebih responsive tadi, begitu orangnya [influencer] nulis sesuatu tentang satu emiten lagsung direspons, beli atau jual. Kalau korporat kan nggak gitu karena punya pertimbangan sendiri,” jelas Reza. 

Aktivitas investor ritel yang massif berimbas pada kenaikan sejumlah saham, dipicu sejumlah sentimen positif yang mewarnai pasar.  Popularitas saham yang kian menjulang tidak sedikit membuat investor ritel kepincut. Guna mengejar cuan, tidak sedikit juga investor menggunakan dana panas atau dari pinjaman untuk modal trading saham. 

Namun, curahan hati mengalir deras saat saham pilihan mulai meranggas. Ambil contoh saham emiten farmasi yang terpuruk usai vaksinasi Covid-19 dimulai pada pertengahan bulan. 

Di akhir Januari 2021, kondisi suram juga sempat menghampiri di mana banyak emiten, termasuk kelas kakap kompak mencetak auto reject bawah.

Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Suria Dharma memperkirakan fenomena ARB yang saat ini terjadi akibat dari kebijakan margin call karena investor ritel banyak memanfaatkan skema ini untuk pendanaan.

"Itu diperkirakan karena margin call, karena pada saat harga naik kemungkinan banyak investor yang memakai pendanaan dengan margin," katanya kepada Bisnis.

Margin call adalah likuidasi atau penutupan secara paksa atas trading yang sedang berlangsung dan dilakukan oleh broker karena margin di rekening nasabah atau investor tidak cukup untuk menutupi atau menahan posisi trading yang merugi.

Dengan demikian, ketika terjadi ARB pada saham-saham tertentu, investor pemilik saham tersebut tidak bisa menjual sahamnya pada saat margin call terjadi. Hal ini menyebabkan mereka harus menjual saham-saham lainnya di portofolio mereka.

"Forced sell akhirnya dilakukan karena penurunan sudah melebihi ketentuan margin, sedangkan yang bersangkutan tidak memiliki dana untuk top up," katanya.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper