Bisnis.com, JAKARTA - Emiten yang bergerak di sektor peternakan ayam terintegrasi PT Widodo Makmur Unggas Tbk. (WMUU) menargetkan melakukan ekspor mulai kuartal II/2021.
Direktur Pemasaran dan Penjualan Widodo Makmur Unggas Tri Mahawijaya Herlambang menyatakan tahun ini perseroan akan merealisasikan rencana ekspor ke negara tetangga. Apalagi kelengkapan dokumen dan fasilitas produksi yang telah dibangun WMUU berstandar dan bersertifikat internasional.
"Paling tidak di kuartal II/2021 atau kuartal III/2021, kita sudah mulai ekspor ke negara tetangga," paparnya dalam keterangan resmi, Selasa (2/2/2021).
Saat ini fasilitas pabrik WMUU dari breeding farm, commercial, hatcery, slaughterhouse sudah mendapatkan sertifikat kompartemen bebas Avian Influenza (AI), sehingga untuk persyaratan ekspor sudah terpenuhi dan bisa segera merealisasikannya.
Widodo Makmur Unggas resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin. Dalam debut perdananya, saham WMUU melesat naik ke posisi Rp242 per saham, dari harga penawaran umum perdana di angka Rp180 per saham.
Saham WMUU juga masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) berdasarkan surat Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam surat tersebut, OJK telah menerbitkan satu keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan terkait dengan penetapan Efek Syariah yaitu Keputusan Nomor: KEP-03/D.04/2021 tentang Penetapan Saham PT Widodo Makmur Unggas Tbk sebagai Efek Syariah pada tanggal 22 Januari 2021.
Komisaris Utama Widodo Makmur Unggas Tumiyana mengatakan sejauh ini perusahaan tidak merevisi target pendapatan maupun laba bersih sampai akhir tahun 2021, walaupun alokasi belanja modal diturunkan Rp400 miliar menjadi Rp1,5 triliun dari target semula Rp1,9 triliun.
Sebab yang diturunkan adalah volume kapasitas ayam broiler dari 7,7 juta broiler menjadi 6,4 juta broiler. Kendati demikian, WMUU tetap bisa memenuhinya dengan membeli live bird dari luar.
“Capex on progress, pendapatan masih dalam posisi tidak akan dikoreksi. Di sisi lain, kita masuk dalam saham syariah,” kata Tumiyana.
Penggunaan dana capex masih sesuai rencana untuk memenuhi fasilitas produksi, merampungkan pabrik pakan ternak yang ada di Ngawi pada kuartal IV/2021, dan peningkatan volume ayam broiler. Proporsi pendanaan untuk memenuhi ekspansi tahun ini berasal dari IPO, dan juga internal.
Pada posisi tersebut, menurut Tumiyana, rasio keuangan perusahaan masih sangat bagus. Sampai akhir tahun 2021, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) diperkirakan di angka 1,9 kali-2 kali.
Jumlah pinjaman dibandingkan modal sendiri (gearing ratio) antara 0,9 kali sampai 0,95 kali. Kinerja perseroan juga akan terus tumbuh dengan menaikkan kapasitas rumah potong hewan unggas sebanyak 25.500 ekor per jam.
"Jadi kaidah keuangan itu masih kita penuhi dengan asumsi capex Rp1,5 triliun. Nanti di tahun 2022 seiring dengan peningkatan kapasitas maka total capex spending masih bisa landing lagi,” jelas dia.
Tumiyana juga menekankan bahwa WMU fokus pada lini bisnis downstream melalui ayam karkas. Saat ini harga karkas relatif stabil dengan rerata Rp31.200 per kilogram.
Hal ini membuktikan bahwa strategi dari Widodo Makmur Unggas sejalan dengan apa yang ada di lapangan. Manajemen akan tetap berkomitmen terhadap program yang telah disusun.
Direktur Utama Widodo Makmur Unggas Ali Mas'adi menegaskan bahwa penurunan capex tidak akan mengurangi target pendapatan pada 2021 sebesar Rp4,3 triliun. Sebab, pendapatan mature perseroan berasal dari RPA yang masih sesuai rencana.
Baca Juga
"Dukungan untuk landbank bisa diperoleh dari free market," jelas dia.