Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk., mengungkapkan alasan menunda rencana penerbitan obligasi global dengan nilai sebanyak-banyaknya US$325 juta.
Dalam suratnya kepada Otoritas Jasa Keuangan, Direktur Keuangan Sri Rejeki Isman Allan Moran Severino menyampaikan perseroan memutuskan untuk menunda renca penerbitan surat utang baru dalam denominasi dolar AS.
"Surat utang ini ditawarkan kepada investor di luar wilayah Indonesia," paparnya, Kamis (28/1/2021).
Menurut Allan, alasan utama perseroan menunda rencana penerbitan global bond ialah keadaan pasar yang belum mendukung.
Sebelumnya, Corporate Communication Sri Rejeki Isman Joy Citradewi mengatakan bahwa perseroan menunda rencana penerbitan obligasi tersebut dalam waktu dekat.
“Untuk rencana penerbitan saat ini kami tunda dulu, karena melihat kondisi pasar yang belum membaik,” ujar Joy kepada Bisnis, Rabu (27/1/2021).
Baca Juga
Untuk diketahui, emiten berkode saham SRIL itu berencana menerbitkan obligasi global sebanyak-banyaknya US$325 juta, dengan kupon dan tenor yang belum dijelaskan secara detail oleh perseroan.
Perseroan juga belum menjelaskan secara detil rencana penggunaan dana dari hasil penerbitan obligasi tersebut. Obligasi global itu akan diterbitkan dan dicatatkan di Bursa Efek Singapura.
Nantinya, obligasi itu akan dijamin entitas anak usaha perseroan, yaitu oleh PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya.
Adapun, hingga kuartal III/2020 SRIL berhasil mencetak pertumbuhan tipis 1,34 persen terhadap kinerja penjualan menjadi sebesar US$907,11 juta, dibandingkan dengan perolehan kuartal III/2019 sebesar US$895,07 juta.
Selain itu, SRIL juga berhasil mencetak pertumbuhan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar 103,93 persen secara year on year menjadi US$78,89 juta hingga kuartal III/2020.
Sementara itu, total liabilitas SRIL per 30 September 2020 berada di posisi US$1,08 miliar, naik dari posisi 31 Desember 2019 sebesar US$966,58 juta. Total aset SRIL per akhir September 2020 di posisi US$1,74 miliar, naik dari posisi akhir Desember 2019 sebesar US$1,55 miliar.