Bisnis.com, JAKARTA — Kendati tengah dalam tren penurunan lebih dari sepekan belakangan, pasar saham dinilai masih prospektif dan menarik sepanjang tahun ini.
Pada perdagangan Jumat (29/1/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengakhiri lajunya di zona merah dengan koreksi 1,96 persen ke level 5872,35. Secara kumulatif, sejak Kamis (21/01/2021) IHSG sudah anjlok 8,60 persen.
CIO Eastspring Investment Indonesia Ari Pitojo mengatakan volatilitas pasar global terutama AS beberapa hari ini turut memicu penurunan di IHSG maupun bursa regional. Ini terlihat dari kinerja bursa-bursa Asia lain yang amblas, seperti indeks NIKKEI -1,89 persen, Hang Seng -0,70 persen, dan KOSPI -3,03 persen.
“Hal tersebut didorong oleh perilaku spekulatif investor ritel di AS yang sengaja membeli saham-saham short seperti GameStop, sehingga menyebabkan kerugian besar pada para investor institusional atau para hedge funds,” kata Ari dalam publikasi yang dikutip Bisnis, Jumat (29/1/2021)
Dari dalam negeri, kekhawatiran akan peningkatan kasus positif Covid-19 harian di Indonesia di tengah kapasitas rumah sakit yang semakin penuh turut menjadi sentimen negatif. Untuk diketahui, kasus positif COvid-19 telah menembus satu juta dan BOR (Bed Occupancy Rate) ICU dan isolasi berada pada level 84-86 persen.
Ari mengatakan, pasar saham pada tahun ini masih menjadi instrumen investasi yang menarik, didukung oleh pemberian stimulus fiskal maupun moneter yang diharapkan dapat memperbaiki kembali kinerja perusahaan.
Baca Juga
Hal tersebut juga didukung oleh keadaan ekonomi Indonesia yang masih konsisten menunjukkan pemulihan dengan level PMI Manufaktur yang telah kembali di atas ambang 50 serta cadangan devisa yang setara dengan 9 bulan impor.
Ini ditambah level inflasi dan rupiah yang cenderung stabil secara year to date 2021 pada level 13.900 – 14.100. Selain itu IMF memproyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dapat tumbuh 4,8 persen tahun ini.
“Namun kami melihat risiko volatilitas tetap ada terutama dari perkembangan situasi Covid-19 dan, persetujuan stimulus di negara-negara maju terutama AS,” pungkasnya.