Bisnis.com, JAKARTA – Avrist Asset Management menilai prospek investasi pada reksa dana saham dinilai masih positif ditengah tren negatif yang terjadi. Sejumlah strategi pun telah disiapkan guna meracik reksa dana saham yang mendatangkan return optimal.
Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan koreksi pada reksa dana saham pekan lalu disebabkan aksi profit taking dari para investor. Hal tersebut terjadi setelah sebelumnya indeks saham naik sekitar 7 persen secara year-to-date (ytd).
“Aksi tersebut utamanya terjadi pada saham-saham yang sudah naik terlalu tinggi seperti pertambangan dan farmasi,” ujarnya saat dihubungi pada Selasa (26/1/2021).
Meski demikian, Farash mengatakan prospek investasi pada reksa dana saham masih cukup baik. Ia mengatakan, perkembangan penanggulangan kasus virus corona akan menjadi faktor penentu penguatan reksa dana saham.
Ia menjelaskan, penanggulangan pandemi virus corona yang optimal dari pemerintah akan berimbas pada kinerja bisnis emiten. Hal tersebut nantinya juga akan berdampak positif untuk Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) dan juga reksa dana saham.
“Bila penyebaran dan angka kematiannya semakin dapat ditekan dan tingkat kesembuhannya naik, tentunya akan mempercepat pemulihan bisnis emiten pada tahun ini,” jelasnya.
Baca Juga
Adapun, untuk menyikapi kemungkinan terjadinya penurunan lebih jauh, Farash mengatakan Avrist Asset Management akan tetap fokus pada emiten berkapitalisasi pasar besar (big caps). Pihaknya akan meracik instrumen dari emiten big caps dengan fundamental dan tingkat likuiditas yang baik.
Selain itu, Avrist Asset Management juga akan terus melakukan diversifikasi pada beragam sektor secara memadai. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya penurunan imbal hasil secara signifikan.
“Diversifikasi kami lakukan agar tidak overweight berlebihan pada sektor-sektor yang menjadi tren saat ini, apalagi bila valuasinya tidak murah,” ujarnya.
Berdasarkan data Infovesta Utama, reksa dana saham mencatat kinerja paling buruk sepanjang pekan lalu dengan koreksi 1,71 persen pada indeks konvensional. Pencapaian tersebut sejalan dengan kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang turun 1,04 persen dalam periode yang sama.
Kinerja indeks reksa dana saham syariah juga terkoreksi sebesar 2,43 persen. Koreksi tersebut juga merupakan penurunan terbesar pada jenis reksa dana syariah.