Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Jumat (22/1/2021) pagi karena investor mempertimbangkan prospek pendapatan emiten dan stimulus di tengah meningkatnya kasus virus corona.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang terpantau melemah masing-masing 0,35 persen dan 0,33 persen, sedangkan indeks Kospi menguat 0,14 persen.
Kontrak berjangka S&P 500 stabil setelah indeks mencatat rekor tertinggi sepanjang masa pada Kamis (21/1/2021) yang didorong sektor teknologi. Dorongan Presiden Joe Biden untuk pengeluaran tambahan senilai hampai US$2 triliun dan respons pemerintah federal yang intensif terhadap pandemi telah meningkatkan selera risiko.
Pasar saham global tetap ada rekor tertingginya dengan valuasi yang terus membentang karena laporan pendapatan terus mengalir masuk. Intel Corp. melaporkan pendapatan kuartal keempat yang melampaui ekspektasi.
Investor terus bertaruh pada paket stimulus lain dari Biden saat presiden meningkatkan respons federal terhadap pandemi.
Sementara itu, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde memperingatkan virus corona terus menimbulkan risiko serius setelah pembuat kebijakan memilih untuk terus memompa stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya ke dalam perekonomian.
Baca Juga
Sementara itu, ahli penyakit menular AS Anthony Fauci mengatakan rata-rata tujuh hari infeksi baru di AS menunjukkan tingkat penularan virus mungkin sebenarnya tidak melandai.
"Meskipun reli baru-baru ini dengan jelas menunjukkan bahwa investor telah memprediksi pemulihan, kami melihat banyak ruang untuk arus investasi untuk berputar dari kas dan aset lainnya menuju pasar saham begitu pemulihan menjadi lebih terlihat," kata kepala analis multi-aset Janus Henderson Investors Paul O'Connor, seperti dikutip Bloomberg.
Joe Biden meluncurkan strategi nasional untuk memerangi virus corona, namun memperingatkan bahwa angka kematian dapat melonjak 100.000 jiwa pada bulan depan depan.