Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menguat ke level tertinggi sepanjang masa pada Kamis (21/1/2021), ditopang oleh sektor teknologi di tengah antisipasi bahwa akan ada lebih banyak pengeluaran fiskal untuk mendorong kembali pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan perusahaan.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 memperbarui rekor tertingginya setelah ditutup menguat tipis 0,03 persen, sedangkan indeks Nasdaq Composite menguat 0,55 persen.
Di sisi lain, insdeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah tipis sebesar 0,04 persen ke level 31.176,01.
Selera investor terhadap aset berisiko mendapat dorongan dari rencana pengeluaran tambahan Presiden Joe Biden senilai hampir US$2 triliun dan rencana untuk memulai tanggapan pemerintah terhadap pandemi. Imbal hasil obligasi Treasury AS tetap lebih tinggi setelah klaim pengangguran awal membukukan penurunan.
Bursa saham AS tetap ada rekor tertingginya dengan valuasi yang terus membentang karena laporan pendapatan terus mengalir masuk. Intel Corp. melaporkan pendapatan kuartal keempat yang melampaui ekspektasi.
Investor terus bertaruh pada paket stimulus lain dari Biden saat presiden meningkatkan respons federal terhadap pandemi.
Sementara itu, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde memperingatkan virus corona terus menimbulkan risiko serius setelah pembuat kebijakan memilih untuk terus memompa stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya ke dalam perekonomian.
“Valuasi tinggi sah-sah saja jika pemulihan kuat yang kami perkirakan terjadi, sementara aset inflasi tetap berada di zona terjangkau,” menurut kepala penelitian makroekonomi dan manajer portofolio multi-aset Unigestion SA Florian Ielpo.
“Oleh karena itu, kami melihat tahun 2021 penuh peluang investasi,” lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.
Sementara itu, ketegangan baru muncul antara perusahaan AS dan Beijing. Tiga perusahaan telekomunikasi terbesar China mengatakan bahwa mereka meminta peninjauan atas keputusan Bursa Efek New York menghapus saham mereka.
Secara terpisah, Twitter Inc. mengunci akun resmi kedutaan besar China kepada AS, dengan alasan pelanggaran kebijakan.