Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah melanjutkan tren penguatannya selama dua hari beruntun pada Kamis (12/1/2021)
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 35 poin atau 0,25 persen ke level Rp14.000.
Nilai Rupiah memimpin penguatan di tengah tren positif yang terjadi di Asia. Menyusul di belakang rupiah adalah ringgit Malaysia sebesar 0,21 persen, disusul won Korea yang juga naik 0,17 persen. Adapun, indeks dolar AS terpantau melemah 0,19 persen ke level 90,306.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah didorong oleh aliran modal asing ke pasar domestik. Datangnya modal asing terjadi seiring dengan kepastian pasar saham global yang mulai kondusif.
Ke depannya, Perry memandang penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut. Pasalnya, nilai rupiah saat ini dinilai masih undervalue.
Ia menuturkan, prospek penguatan rupiah ditopang oleh defisit neraca yang rendah, daya tarik pasar keuangan domestik yang tinggi, premi risiko menurun, serta tingkat likuiditas global yang besar.
Baca Juga
"Kebijakan BI dalam menjaga stabilitas rupiah akan kami terus perkuat," katanya dalam Pengumuman Hasil RDG Bulanan BI, Kamis (21/1/2021).
Sebelumnya, Tim Riset Indo Premier Sekuritas menjelaskan keputusan BI untuk mempertahankan tingkat suku bunga sudah diperkirakan (priced in) oleh pelaku pasar.
“Kami memperkirakan bank sentral akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps menjadi 3,5 persen dalam semester I/2021 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas nilai tukar,” tulis Tim Riset Indo Premier lewat catatan yang diterima Bisnis, Kamis (21/1/2021).
Adapun, dukungan dari sisi moneter dinilai masih diperlukan pada masa sekarang ini. Pasalnya, likuiditas di sektor keuangan semakin tinggi sementara rantai penawaran seperti lapangan kerja masih lemah.