Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja ciamik ditunjukan oleh indeks IDX BUMN 20 sepanjang dua pekan di awal 2021 ini. Sejumlah sentimen berhasil mendongkrak kinerja saham-saham pelat merah tersebut.
Dikutip dari data penutupan waktu reguler bursa pada Jumat (15/1/2021), kinerja IDX BUMN20 secara tahun kalender (year to date/ytd) sangat impresif. Indeks ini mampu melesat 12,37 persen. Padahal, Indeks harga saham gabungan (IHSG) saja masih terpaut tumbuh 7,51 persen.
Pertumbuhan year to date (YTD) saham-saham BUMN pun cukup fantastis, sebut saja PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang tumbuh 61,24 persen, PT Timah Tbk. (TINS) yang tumbuh 57,58 persen, serta PT Elnusa Tbk. (ELSA) yang meningkat 34,66 persen.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menuturkan sentimen positif yang berhembus membuat emiten-emiten plat-plat merah ini terangkat tinggi.
Dia menyebut emiten-emiten kimia dan farmasi seperti PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) yang terdongkrang signifikan 32,94 persen dan PT Indofarma Tbk. (INAF) yang tumbuh hingga 36,14 persen karena sentimen vaksinasi.
"Juga ANTM karena sentimen baterai, PT Bukit Asam Tbk. [PTBA] dengan kenaikan harga batubara dan wacana gasifikasi. Juga BRIS sangat luar biasa akibat sentimen merger dengan BNI Syariah, serta WIKA group terpacu akibat dana dari SWF," terangnya kepada Bisnis.
Baca Juga
Menurutnya, dari berbagai sektor emiten yang ada, PTBA yang berdiri pada sentimen yang lebil stabil akibat kenaikan harga batubara daripada sektor lain yang bergerak naik akibat sentimen yang belum tentu bakal dikuti oleh kinerja emitennya.
Dia mencontohkan sektor kimia farmasi yang diwakili oleh KAEF dan INAF berhembus terbang akibat sentimen vaksinasi yang belum tentu karena vaksinasi ini BUMN mendapatkan pendapatan yang luar biasa walaupun sebagai fasilitator pendistribusian vaksin. Apalagi Presiden telah menyerukan bahwa vaksin diberikan secara cuma-cuma.
Selain itu, sentimen yang membuat harga saham ANTM melambung juga belum tentu meningkatkan kinerja perseroan. Pasalnya, terdapat emiten nikel lain selain ANTM, seperti NIKL, INCO dan TINS, sehingga porsi pasar nikel pun bakal terbagi-bagi.
Dengan demikian, dia menilai terlalu dini jika ANTM terbang tinggi dengan rasio Price to Equity Ratio (PER) hingga melewati 400 kali.
"Sektor lain yang lebih stabil dan berpeluang tentu seperti perbankan yang masih masuk dalam fase sideways, yaitu 4 bank Himbara, BBRI, BBNI, BMRI dan BBTN, yang juga sebagai penyalur dana kredit perumahan dari pemerintah," katanya.
Dia juga melihat PTBA juga masih baik dari segi harga saham dan kinerja, juga sentimen yang cukup kuat sepanjang 2021, dia memiliki target price (TP) bagi PTBA di level 3.300. Adapun, target harga bagi BBRI di level 4.800 dan TP bagi BBNI di level 6.800.
Sebelumnya, PTBA optimistis produksi batu bara tahun ini akan meningkat seiring dengan adanya potensi peningkatan permintaan batu bara.
Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie C. mengatakan bahwa permintaan batu bara diproyeksikan mengalami pemulihan pada tahun ini. Hal ini dilihat dari daya serap batu bara yang semakin meningkat dari akhir 2020, baik untuk permintaan domestik maupun ekspor.
"Kami memproyeksikan peningkatan ini akan terus terjadi seiring dengan pemulihan kondisi pasca pandemi," ujarnya kepada Bisnis.
Dengan adanya potensi peningkatan permintaan ini, perseroan memperkirakan produksi batu bara tahun ini juga mengalami peningkatan. "Untuk produksi tentu akan meningkat seiring dengan peningkatan permintaan."