Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang batu bara, PT Bayan Resources Tbk., mematok target penjualan batu bara 2021 di kisaran 32 juta hingga 34 juta ton. Perusahaan milik taipan Dato Low Tuck Kwong itu mengantongi 80 persen kontrak.
Manajemen Bayan Resources menjelaskan bahwa hingga akhir Desember 2020, perseroan berhasil mendapatkan komitmen kontrak penjualan batu bara untuk 2021 sebesar 27,2 juta ton, dengan rata-rata kalori 4.579 GAR Kcal/kg.
Komitmen tersebut setara 80 persen dari target penjualan perseroan pada 2021. Dari total itu, sekitar 25 persen menggunakan harga tetap di US$36 per ton, dan 75 persen sisanya menggunakan harga floating.
Dalam laporan panduan produksi perseroan di laman resminya, dikutip Selasa (12/1/2021), target produksi 2021 emiten berkode saham BYAN itu sedikit lebih tinggi daripada estimasi realisasi produksi 2020 di kisaran 30 juta ton.
“Volume produksi 2021 diantisipasi naik sedikit dibandingkan dengan level volume produksi 2020, terutama dari konsesi tambang Tabang,” tulis Manajemen Bayan Resources, dikutip dari laporannya, Jumat (15/1/2021).
Lebih rinci, panduan volume produksi tambang Perkasa Inakakerta diproyeksi menyumbang 1-1,2 juta ton, Teguh Sinarabadi atau Firman Ketaun Perkasa menyumbang 3-3,4 juta ton, Konsesi Tabang produski sebesar 26,8-27,8 juta ton, dan Tambang Wahana Baratama sebesar 1,2-1,6 juta ton.
Baca Juga
Selain itu, BYAN menargetkan volume overburden removal (OB) juga naik menjadi di kisaran 120-140 juta bcm, terutama karena dimulainya penambangan Tiwa Abadi, di Proyek Tabang, yang diimbangi dengan OB lebih rendah di Tambang Wahana Baratama dan Teguh Sinarabadi atau Firman Ketaun Perkasa.
Sementara itu, BYAN menargetkan volume penjualan di kisaran 32-34 juta ton, sedikit lebih rendah daripada estimasi realisasi produksi 2020 di kisaran 37 juta ton.
“Kami mengantisipasi adanya musim kemarau pada 2021 (yang mengurangi volume tongkang) di mana musim itu tidak terjadi pada 2020,” papar manajemen BYAN.
Adapun, rata-rata cash cost 2021 diperkirakan di kisaran US$27-29 per ton dengan rata-rata harga jual di kisaran US$38-US$40 per ton.
Di sisi lain, BYAN mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure di kisaran US$170-190 juta, dengan rincian sekitar US$115 juta untuk akselerasi konstruksi 100 km jalan tambang ke Mahakam dan fasilitas pelabuhan baru, US$30 juta untuk perkantoran, dan sisanya untuk beberapa proyek lainnya dan penggantian alat berat.