Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Bayan Resources Tbk., mengestimasikan dapat mengantongi pendapatan hingga akhir 2020 sebesar US$1,2 miliar. Jumlah tersebut setara Rp16,94 triliun bila dikonvesi ke rupiah (Kurs Rp14.119).
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bayan Resources Jenny Quantero mengatakan bahwa untuk kuartal IV/2020, per 5 November perseroan telah mengantongi komitmen kontrak jual beli batu bara sebesar 10,6 juta ton.
“Tinjauan target 2020, estimasi pendapatan di kisaran US$1,2 miliar dengan rata-rata harga jual US$39 per ton hingga US$40 per ton dan volume produksi di kisaran 30-31 juta ton,” ujar Jenny saat paparan publik secara daring, Senin (30/11/2020).
Adapun, hingga kuartal III/2020 emiten berkode saham BYAN itu mencatatkan pendapatan sebesar US$1 miliar, lebih rendah 12 persen dibandingkan dengan pendapatan pada kuartal III/2019 sebesar US$1,14 miliar.
BYAN yang membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$108,22 juta hingga kuartal III/2020. Jumlah turun 48,35 persen daripada pencapaian kuartal III/2019 sebesar US$229,73 juta.
Jenny menjelaskan bahwa penurunan kinerja itu disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata atau ASP secara signifikan dibandingkan dengan 2019, tetapi berhasil diimbangi oleh volume penjualan yang lebih tinggi daripada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga
BYAN mencatatkan volume penjualan sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini sebesar 26 juta ton dengan rata-rata harga jual atau ASP US$38,6 per ton. Sementara itu, pada kuartal III/2019 BYAN mencatatkan penjualan sebesar 23,6 juta ton dengan ASP di kisaran US$48,3 per ton.
Dari sisi produksi, sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini BYAN telah memproduksi 21,5 juta ton batu bara dengan biaya tunai di kisaran US$30,3 per ton.
Pencapaian itu lebih rendah daripada periode yang sama tahun lalu, yaitu produksi sebesar 26 juta ton dengan biaya tunai produksi sebesar US$34,5 per ton. Adapun, untuk setahun penuh 2020 perseroan menargetkan produksi di kisaran 26 juta ton.