Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus level 6.400 dan masih terus melanjutkan tren penguatan. Kinerja itu pun berhasil menjadikan indeks dengan penguatan terbaik di antara rekan indeks Asean lainnya.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (13/1/2021) IHSG parkir di level 6.435,205, naik 0,62 persen atau 39,53 poin. Investor asing masih membukukan transaksi net buy sebesar Rp992,84 miliar.
Adapun, sepanjang tahun berjalan 2021 IHSG telah menguat 7,63 persen. Kinerja itu merupakan penguatan indeks komposit terbaik di antara rekan Asean lainnya. Kinerja IHSG tepat di atas Vietnam (+7,44 persen) dan Thailand (+7,34 persen).
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan bahwa penguatan indeks berhasil didukung euforia vaksinasi Covid-19 pertama di Indonesia. Vaksinasi memberikan harapan terhadap pemulihan kegiatan masyarakat dan berujung pada pemulihan ekonomi dalam negeri.
“Ada harapan ekonomi menjadi lebih baik, walaupun pada awal tahun ini sebenarnya ekonomi masih akan tampak sulit karena asumsi pendapatan beberapa emiten tahun ini masih ada yang selevel dengan tahun lalu. Tampaknya, baru akan tancap gas di tahun depan,” jelas Wawan kepada Bisnis, Rabu (13/1/2021).
Dia juga menjelaskan bahwa IHSG menjadi kinerja terbaik di antara indeks Asean lainnya menjadi bukti bahwa pasar asing juga lebih melirik pasar modal dalam negeri. Bahkan, sejumlah institusi keuangan asing pun menyematkan peringkat overweight untuk pasar modal Indonesia.
Baca Juga
Menurut Wawan, progres vaksinasi Covid-19 di Indonesia menjadi salah satu yang terdepan di antara emerging market lainnya sehingga semakin mendorong asing untuk melirik pasar modal Indonesia.
Kendati demikian, penguatan ini pun tidak luput dari risiko koreksi. Euforia vaksinasi Covid-19 itu masih terdapat tantangan distribusi yang jika gagal atau terkendala akan menjadi katalis negatif. Wawan memprediksi pada akhir pekan ini, IHSG akan berlabuh di posisi 6.300.
Oleh karena itu, dia memperingatkan para investor untuk terus mengedepankan risk profile dari setiap saham emiten. Jika ingin investasi jangka panjang, kata Wawan pilih sektor saham yang mendukung pertumbuhan ekonomi seperti perbankan, tambang terutama nikel, infrastruktur, dan telekomunikasi.