Bisnis.com, JAKARTA - Penguatan harga batu bara membawa secercah harapan bagi sejumlah emiten untuk memoles kinerjanya setelah dalam tekanan hampir sepanjang tahun lalu.
Setelah jatuh hingga ke level terendah sejak Juni 2016 pada pertengahan tahun lalu, harga batu bara berhasil rebound bahkan saat ini telah menembus teritori US$90 per ton.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (12/1/2021) harga batu bara Newcastle untuk kontrak Februari 2021 melesat 6,35 persen dan parkir di level US$90,5 per ton. Level tersebut merupakan posisi tertinggi harga batu bara sejak Februari 2019.
Di dalam negeri, harga batu bara acuan (HBA) Januari 2021 tercatat senilai US$75,84 per ton atau melonjak 27,14 persen dari posisi Desember 2020 US$59,65 per ton. Harga pada awal tahun tersebut menjadi yang tertinggi sejak Juli 2019.
Sejalan dengan itu, mayoritas saham batu bara pun ikut memanas. Pada penutupan perdagangan Rabu (13/1/2021), penguatan saham batu bara dipimpin oleh BUMI yang hampir terkena auto reject atas (ARA) karena naik 33,77 persen ke posisi Rp103 per saham.
Selain itu, penguatan disusul oleh DOID yang naik 6,95 persen, diikuti saham TOBA yang naik 6,54 persen, PTBA yang naik 6,29 persen, dan INDY yang naik 5,49 persen.
Baca Juga
Tidak kalah, ITMG juga berhasil menguat 3,72 persen, MBAP naik 2,84 persen, ADRO menguat 2,71 persen, PTRO naik 2,48 persen, dan HRUM naik 2,23 persen.
Analis JP Morgan Indonesia Henry Wibowo dan Ajay Mirchandani mengatakan bahwa harga batu bara akan mempertahankan penguatannya dalam jangka pendek seiring dengan permintaan yang meningkat akibat musim dingin dan tekanan pasokan.
Hal itu akan menjadi katalis positif bagi kinerja emiten tambang Indonesia karena margin diproyeksi semakin tebal. Belum lagi, proyeksi permintaan dari China seiring dengan pelarangan impor batu bara Australia oleh Negeri Panda itu yang juga akan semakin meningkatkan permintaan.
“Substitusi penuh impor Australia untuk China akan membuat ekspor Indonesia berpotensi naik 50 juta ton,” tulisnya dalam riset yang dipublikasikan Bloomberg, Rabu (13/1/2021).
JP Morgan Indonesia mempertahankan posisi overweight untuk ADRO, PTBA, dan UNTR, sedangkan posisi neutral untuk ITMG.
Dalam riset terpisah, Tim Analis Sinarmas Sekuritas juga mempertahankan peringkat overweight untuk sektor pertambangan seiring dengan meningkatnya permintaan karena pemulihan aktivitas ekonomi.
Penyetelan ulang kuota China pada awal 2021 berpotensi mengangkat permintaan ekspor dan harga batu bara yang pada akhirnya emiten tambang Indonesia diuntungkan. Sinarmas Sekuritas menilai sikap China akan tetap keras terhadap impor batu bara Australia
Sinarmas Sekuritas memperkirakan harga batu bara bertahan di kisaran US$70-US$75 per ton pada 2021 hingga 2022. Adapun, saham yang direkomendasikan buy atau beli oleh Sinarmas Sekuritas antara lain ADRO, INDY, dan UNTR. Sementara itu, peringkat ITMG dan PTBA turun dari buy menjadi add.