Bisnis.com, JAKARTA - Persepsi risiko investasi di pasar surat utang Indonesia yang tercermin dalam tingkat credit default swap (CDS) pada awal tahun ini kian turun dan relatif kembali ke level pada awal 2020.
Mengutip data worldgovernmentbonds.com pada Selasa (5/1/2021), CDS tenor 5 tahun Indonesia berada pada posisi 67,36 yang mengindikasikan probabilitas default sebesar 1,12 persen.
Adapun, pergerakan CDS 5 tahun Indonesia terpantau fluktuatif di sepanjang 2020. CDS 5 tahun Indonesia melonjak level tertingginya pada 23 Maret 2020 sebesar 290,81. Kala itu, persepsi investor terganggu oleh Covid-19 yang dinyatakan sebagai pandemi global.
Sebagai informasi, CDS yang semakin rendah menunjukkan ekspektasi risiko investasi yang semakin rendah pula pada instrumen surat utang negara (SUN) dalam denominasi rupiah.
Harapannya, perbaikan persepsi risiko investasi di pasar surat utang Tanah Air bakal menarik lebih banyak investor nonresiden untuk masuk ke pasar SUN.
Berdasarkan data DJPPR Kementerian Keuangan RI per 29 Desember 2020, investor asing membukukan jual bersih atau net sell senilai Rp88,9 triliun di sepanjang 2020.
Baca Juga
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan net sell investor asing di pasar Surat Utang Negara (SUN) pada 2020 merupakan yang pertama kali terjadi sejak 2005.
“Porsi kepemilikan investor asing terhadap total outstanding obligasi pemerintah dilaporkan jatuh hingga 25,15 persen pada akhir 2020 dari sebelumnya 38,57 persen pada akhir 2019,” kata Handy, Senin (4/12/2020).
Selain disebabkan oleh aksi jual, lanjut Handy, penurunan porsi kepemilikan investor nonresiden di dalam SUN pada 2020 juga dampak dari pemerintah menerbitkan surat utang dalam jumlah besar mengingat defisit anggaran melebar hingga -6,34 persen dari Produk Domestik Bruto