Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Konsumer Siap Ekspansi, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Analis memberikan rekomendasi netral untuk sektor barang konsumer walaupun kinerja beberapa emiten yang memiliki produk sehari-hari (consumer staples) terbukti tahan banting pada 2020.
Pengunjung memilih pakaian di salah satu toko pakaian di Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (24/12/2019)./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja
Pengunjung memilih pakaian di salah satu toko pakaian di Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (24/12/2019)./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Optimisme pemulihan ekonomi 2021 diharapkan mampu mengangkat daya beli masyarakat. Namun, sejumlah ganjalan dari dampak pandemi dikhawatirkan membuat penguatan konsumsi bergerak dalam laju moderat.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, indeks saham barang konsumer mengalami penurunan 11,67 persen pada masa pandemi 2020. Penurunan harga saham HMSP, UNVR, dan GGRM menjadi pemberat langkah indeks sebesar 23,62 persen, 10,34 persen, dan 22,64 persen di sepanjang tahun lalu.

Sementara saham KAEF dan MYOR menjadi penahan penurunan indeks barang konsumer dengan kenaikan masing-masing 240 persen dan 33,98 persen.

Analis Sinarmas Sekuritas Wilbert mengatakan telah terjadi pergeseran tren konsumsi masyarakat pada 2020 yang condong membeli produk esensial dan yang terkait dengan kesehatan.

Di sisi lain, sektor makanan minuman anjlok diterpa kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada kuartal II/2020 dan berlanjut dengan PSBB transisi sampai akhir tahun.

“Prospek 2020, daya beli kemungkinan pulih tapi tidak dalam laju cepat. Hingga pasca pandemi, kami perkirakan kebiasaan konsumen akan tetap pada belanja barang esensial,” tulis Wilbert dalam riset terbaru yang dipublikasikan lewat Bloomberg, dikutip Senin (4/12/2020).

Perkembangan vaksin Covid-19 yang menjanjikan dinilai Wilbert memang dapat mengangkat konsumsi makanan dan minuman serta pertumbuhan emiten barang konsumer lainnya, namun laju pemulihannya diperkirakan moderat.

Tantangan dari sisi daya beli masyarakat terbebani oleh pengurangan stimulus fiskal untuk kebutuhan konsumsi, kenaikan terbatas Upah Minimum Regional (UMR) di beberapa provinsi, serta dampak kenaikan tingkat pengangguran.

Sementara itu, kenaikan iuran peserta Jaminan Kesehatan Nasional untuk peserta kelas III dan pengerekan pajak rokok yang bersamaan dengan masa distribusi vaksin Covid-19 juga disebut Wilbert dapat menahan pemulihan konsumsi.

Dengan demikian, Wilbert memberikan rekomendasi netral untuk sektor barang konsumer walaupun kinerja beberapa emiten yang memiliki produk sehari-hari (consumer staples) terbukti tahan banting pada 2020. Pasalnya, kenaikan harga komoditas dikhawatirkan bakal menggerus laba.

“Pemain sektor staples tampak masih kesulitan menaikan rata-rata harga jual (ASP) pada 2021, kontraksi marjin kotor kemungkinan terjadi tahun ini,” tulis Wilbert.

Dia pun merekomendasikan saham emiten yang memiliki brand besar seperti ICBP dan INDF. Apalagi, Indofood telah kedatangan keluarga baru Pinehill yang dapat menggenjot kinerja pada 2021. Sementara itu, saham KLBF juga patut dicermati karena masih ada kecenderungan permintaan produk kesehatan terus meningkat.

Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin mengatakan distribusi vaksin Covid-19 dapat menjadi awal pemulihan ekonomi yang berujung pada penguatan daya beli.

“Menurut kami, penguatan rupiah bisa menjadi kompensasi kenaikan harga komoditas. Kami perkirakan perusahaan konsumer masih bisa mempertahankan laba pada 2021,” tulis Mimi.

Senada dengan Wilbert, Mimi juga merekomendasikan ICBP karena pangsa pasarnya yang besar. Selain itu, ICBP juga terus mengembangkan produk baru sebagai strategi untuk mengangkat ASP.

Sementara itu, saham UNVR dan INDF juga direkomendasikan karena valuasinya menarik dan saat ini diperdagangkan di bawah tingkat rasio P/E (price to earnings).

Siap Ekspansi

Sebelumnya, sejumlah emiten barang konsumer sudah menyiapkan strategi dan memandang 2021 sebagai tahun yang prospektif untuk memperkuat kinerja.

PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) misalnya optimistis pendapatan dan laba bakal tumbuh dua digit pada 2021 walau belum dapat menyebutkan angka spesifik.

Direktur Keuangan Mayora Indah Hendrik Polisar mengatakan optimisme itu datang dari realisasi kenaikan penjualan perseroan secara kuartalan pada 2020.

Sebagai strategi untuk menangkap peluang pada 2021, MYOR akan memberikan dana segar dari penerbitan obligasi senilai Rp500 miliar untuk anak usahanya PT Torabika Eka Semesta untuk mengembangkan produk kopi.

Direktur Global Marketing Mayora Indah Ricky Afrianto menilai, segmen minuman kopi masih cukup potensial untuk menjadi kontributor pendapatan yang besar.

"Kami memahami inovasi produk-produk baru ini kontribusinya akan menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan ke depannya," kata Ricky baru-baru ini.

Tak mau kalah, PT Mulia Boga Raya Tbk. (KEJU) juga siap menggarap pangsa pasar yang lebih besar setelah perseroan merapat ke PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD).

Namun, manajemen KEJU belum menetapkan besaran dan rencana penggunaan belanja modal pada 2021 karena masih dalam proses perubahan kendali dari pemegang saham pendiri ke GOOD.

Selanjutnya emiten konsumer makanan dan minuman PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) yang memegang lisensi KFC juga optimistis menyambut tahun ini.

Direktur Fast Food Indonesia Justinus Dalimin Juwono mengatakan kerugian yang diderita oleh perseroan hingga sembilan bulan pertama 2020 akan berbalik pada tahun ini.

“Kami membuat rencana pembukaan gerai baru brand store sebanyak 25 gerai, dengan proyeksi penjualan sebanyak Rp7 triliun [pada 2021], kurang lebih sama dengan tahun 2019,” ungkapnya.

Target angka ini setara dengan pertumbuhan pendapatan 38,9 persen secara tahunan pada 2021 mendatang.  

Baru-baru ini bahkan FAST telah menyelesaikan transaksi afiliasi dengan anggota direksi senilai Rp104,20 miliar untuk mendapatkan bangunan gedung siap pakai yang dapat digunakan perseroan untuk mendukung para pekerja fungsi support untuk operasional restoran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper