Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas siap untuk mengakhiri tahun yang penuh gejolak dengan penguatan tahunan terbesar dalam satu dekade terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (31/12/2020), harga emas berjangka Comex untuk kontrak Februari 2021 terpantau menguat 0,4 persen atau 7,6 poin ke level US$1.901 per troy ons pada pukul 08.56 WIB.
Sementara itu, harga emas di pasar spot terpantau menguat 0,19 persen atau 3,62 poin ke level US$1.898,01 per troy ons.
Harga emas telah menguat 6,6 persen bulan ini, dan 25 persen lebih tinggi selama tahun 2020, kenaikan setahun penuh terbesar sejak 2010. Adapun kenaikan bulan ini ditopang oleh penurunan dolar AS ke level terendah sejak April 2018.
Indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,139 poin atau 0,16 persen ke level 89,541 pada pukul 09.00 WIB.
Harga emas bersinar dan sempat mencapai rekor tertinggi pada Agustus 2020 karena investor mencari aset safe haven di tengah pandemi. Lonjakan tersebut ditopang oleh gelombang stimulus oleh sejumlah pemerintah dan bank sentral negara-negara dunia, termasuk dari Federal Reserve AS, yang beimbas pada kekhawatiran pelemahan penurunan nilai mata uang.
Kepemilikan exchange traded fund (ETF) dengan underlying asset emas batangan mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada bulan Oktober, meskipun sejak itu cenderung melemah seiring dengan peluncuran vaksin.
Menjelang 2021, beberapa bank telah mengisyaratkan bahwa emas mungkin berjuang untuk melanjutkan kenaikannya.
Morgan Stanley mengatakan emas dan logam mulia lainnya kemungkinan akan mendapat tekanan tahun depan karena pasar keuangan menjadi normal dan kurva imbal hasil menanjak.
Sementara itu, HSBC Securities (USA) Inc mengatakan meskipun reli emas telah terhambat oleh kemajuan vaksin, masih ada dukungan dari kebijakan moneter dan fiskal yang tengah berjalan.