Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah tak banyak berubah setelah AS mengumumkan bakal memompa produksi dengan harapan vaksin corona dapat memulihkan sisi permintaan. Adapun, harga minyak sempat terdorong setelah ada serangan terhadap ladang minyak di Iraq.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 08.01 WIB, Kamis (10/12/2020), harga minyak West Texas Intermediate kontrak pengiriman Januari di Bursa New York Mercantile Exchange turun 0,16 persen menjadi US$45,68 per barel.
Sementara harga minyak Brent kontrak pengiriman Februari di Bursa ICE Futures menguat tipis 0,04 persen menjadi US$48,86 per barel.
Adapun, penguatan harga acuan minyak mentah di AS tersebut menghapus kerugian setelah sempat turun sekitar 1,4 persen pada perdagangan sebelumnya.
Apresiasi harga minyak disebut mendapat topangan dari serangan militan terhadap ladang minyak Khabbaz di Irak pada Rabu (9/12/2020). Adapun, Menteri Minyak di Iraq menyebut produksi minyak di sana sekitar 2.000 barel per hari sebelum diserang.
Rebound harga minyak ini juga terjadi setelah harga bergerak di level rendah karena Energy Information Administration melaporkan pasokan minyak mentah melesat hingga lebih dari 15 juta barel pekan lalu.
Baca Juga
Hal itu pun menambah sentimen bearish terhadap harga minyak karena permintaan masih turun sehingga prospek jangka pendek tampak masih suram.
“Meskpun pasokan mengecewakan baru-baru ini, data permintaan dan prospek jangka pendek masih buruk, kami tetap optimistis untuk pasar minyak pada 2021,” kata Head of Global Commodity Strategy TD Securities Bart Melek, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (10/12/2020).
Melek memperkirakan harga minyak berjangka dapat menyentuh level US$50 per barel ketika rebound yang lebih berkelanjutan terjadi.
Managing Member Tyche Capital Advisors LLC Tariq Zahir mengatakan apabila vaksin virus corona sukses maka permintaan yang lebih baik akan kembali.
“Walaupun permintaan kembali, tentu saja orang-orang yang kehilangan pekerjaan masih banyak dan bisnis akan terus terdampak,” ujar Zahir.