Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah turun tipis setelah kenaikan mingguan kelima berturut-turut yang didorong oleh kesepakatan produksi OPEC+ dan ekspektasi stimulus tambahan Amerika Serikat.
Kedua sentimen tersebut diharapkan dapat memberikan dorongan permintaan segera sebelum vaksin diluncurkan secara luas.
Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (7/12/2020), harga minyak West Texas Intermediate untuk kontrak Januari 2021 di New York Mercantile Exchange melemah 0,32 persen atau 0,15 poin ke level US$46,11 per barel pada pukul 08.21 WIB.
Sementara itu, minyak Brent kontrak Februari 2021 terpantau melemah 0,26 persen atau 0,13 poin ke level US$49,12 per barel di bursa ICE Futures Europe
Pada perdagangan Jumat pekan lalu (4/12) Brent ditutup menguat 1,1 persen, sedangkan WTI ditutup naik 1,4 persen ke level tertinggi 9 bulan terakhir.
Dilansir dari Bloomberg, OPEC dan sekutunya setuju untuk menambah produksi 500.000 barel per hari mulai Januari dan kemudian mengadakan pertemuan bulanan untuk memutuskan langkah selanjutnya.
Baca Juga
Keputusan itu diikuti oleh Arab Saudi yang menaikkan harga minyak untuk Asia, yang menjadi tanda adanya keyakinan bahwa permintaan cukup kuat untuk menyerap kenaikan pasokan.
Sementara itu, Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan ada momentum menuju kompromi rencana stimulus fiskal, meskipun Partai Republik masih belum sepenuhnya sepakat mengenai jumlah bantuan untuk negara bagian yang termasuk dalam proposal bipartisan.
Tren harga minyak mentah di masa depan sekarang tampaknya sangat bergantung pada seberapa cepat vaksin Covid-19 dapat diluncurkan, dengan indikasi sebagian besar orang Amerika akan bisa mendapatkannya pada kuartal kedua tahun 2021.
OPEC+ kini menghadapi kemungkinan meningkatnya tantangan terahadap pasokan karena Libya terus meningkatkan produksi. Selain itu, Iran bersiap untuk meningkatkan ekspor minyak menyusul spekulasi bahwa AS akan melonggarkan sanksi di bawah kepemimpinan Joe Biden.