Bisnis.com, JAKARTA—PT Bursa Efek Indonesia (BEI) fokus menghidupkan aktivitas perdagangan produk derivatif di pasar Indonesia di tengah sejumlah tantangan yang mengiringinya.
Seperti diketahui, mulai Senin (7/12/2020) ini Bursa memperkenalkan dua produk derivatif atau kontrak jual beli baru yakni IDX30 Futures dan Government Basket Bond Futures.
Keduanya menyusul produk derivatif LQ45 Futures yang telah ada sejak 2016 dan Indonesia Government Bond Futures (IGBF) dengan underlying Surat Utang Negara (SUN) benchmark 5 tahun dan 10 tahun yang rilis 2017 lalu.
Kepala Divisi Inkubasi Bisnis BEI Irmawati Amran mengatakan saat ini BEI tengah fokus menghidupkan dan membesarkan pasar kontrak berjangka sehingga pihaknya mematok target transaksi harian secara bertahap.
Untuk masa pengenalan ini, BEI menargetkan ada 10 lot transaksi per hari dengan nilai transaksi sekitar Rp2 miliar. Target ini dipatok tidak terlalu besar mengingat multiplier IDX30 Futures lebih kecil dibanding pendahulunya.
Sebagai perbandingan, LQ45 Futures memiliki multiplier Rp500.000 dengan ticker 0,05, sedangkan IDX30 Futures memiliki multiplier Rp100.000 dengan ticker 0,1. Adapun pre-order initial margin keduanya sama-sama ditetapkan sebesar 4 persen.
“Kita mulai bertahap. Memang nilainya kecil tapi kita akan membangun aktivitas dulu, jadi jumlah transaksi yang akan kita provide terus-menerus. Target kami 10 transaksi, 15, 20, kita harapkan,” tuturnya dalam acara virtual Soft Launching IDX30 Futures dan Government Basket Bond Futures, Senin (7/11/2020).
Selain menggenjot aktivitas transaksi, BEI juga tengah berupaya memperluas keterlibatan anggota bursa (AB) dalam perdagangan kontrak berjangka. Sejauh ini, baru ada 8 anggota bursa yang merupakan anggota derivatif dan baru ada satu liquidity provider.
Meskipun demikian, beberapa anggota bursa telah menyatakan minatnya dalam perdagangan derivatif dan tengah dalam proses menyiapkan sistem. Diharapkan pada awal 2021 nanti anggota bursa derivatif dapat bertambah menjadi 12 AB.
“Kami dulu tanpa menunggu sisanya aktif. Makanya konsepnya soft launching, konsepnya membangun pasar. Kami nggak mau membuang waktu, lebih cepat lebih baik. Di Januari udah ada yang siap-siap juga,” imbuh Irma.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan tantangan utama Bursa dalam tahapan soft launching ini adalah membangun pasar yang belum terbentuk.
Hal tersebut termasuk menambah jumlah investor Kontrak Berjangka yang jumlahnya masih sangat minim, hingga membangun kapasitas Anggota Bursa yang masih kurang pengalaman di Pasar Derivatif.
“Hal ini tidak mudah, tapi kami harus mulai dari sekarang agar BEI tidak tertinggal dengan bursa-bursa lain di kawasan Asia Tenggara,” ujar Laksono.
Lebih lanjut dia menuturkan, langkah-langkah yang telah dan akan terus dilakukan oleh BEI adalah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada investor agar lebih mengenal dan memahami mekanisme perdagangan, serta potensi risiko dan return dalam berinvestasi di Kontrak Berjangka.
Selain itu, BEI aktif menyelenggarakan workshop secara berkesinambungan kepada Anggota Bursa untuk menambah jumlah Anggota Bursa yang berminat mengembangkan bisnisnya di pasar Derivatif.
Menurutnya, anggota Bursa yang sudah memiliki banyak nasabah investor saham dan ekuitas lain dapat memberikan value added serta menyediakan lebih banyak pilihan investasi kepada nasabahnya.
“Apabila ekosistemnya telah terbentuk, kami yakin Pasar Derivatif di BEI akan berkembang pesat sebagaimana Pasar Derivatif di bursa-bursa lain,” pungkas Laksono.
Pun, dia mengharapkan peluncuran IDX30 Futures dan Government Basket Bond Futures dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berinvestasi di Pasar Modal Indonesia sehingga dapat mendukung peningkatan nilai transaksi, jumlah investor, dan peningkatan daya tahan industri pasar modal terhadap fluktuasi pasar global di masa depan.