Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kontraktor PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. tengah mengikuti tender proyek dengan nilai total mencapai Rp7 triliun yang berpotensi dibukukan pada Desember 2020. Walhasil, WIKA optimis bisa memenuhi target perolehan kontrak baru sepanjang 2020.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya menyampaikan perseroan telah mengantongi kontrak baru senilai Rp18 triliun hingga November 2020. Realisasi tersebut mencerminkan ketercapaian target sebesar 84,22 persen dari target tahun ini senilai Rp21,37 triliun.
“[Kontrak baru] Ada dari beberapa proyek, tapi yang cukup besar adalah proyek RKEF [Rotary-Kiln Electric Furnace] senilai Rp5,3 triliun yang ditandatangani pekan lalu,” kata Mahendra kepada Bisnis, Senin (30/11/2020).
Adapun, WIKA menandatangani kontrak kerjasama dengan PT Ceria Metalindo Indotama selaku entitas anak PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian nikel RKEF produksi 3 dan 4 dengan nilai kontrak sebesar Rp2,8 triliun dan US$180,39 juta. Dengan menggunakan kurs Rp14.120 per dolar AS, total kontrak tersebut tercatat senilai Rp5,3 triliun.
Selain itu, WIKA juga mendapat proyek lanjutan pembangunan tol Serang-Panimbang senilai Rp938 miliar dan proyek Bendungan Ameroro di Sulawesi Tenggara senilai Rp538 miliar.
Di sepanjang tahun ini, WIKA banyak mendapat kontrak baru dari pengerjaan proyek segmen infrastruktur dan gedung, energi dan industrial plant, industri, serta properti.
Baca Juga
Pada sisa satu bulan tahun ini, Mahendra menyebut target kontrak baru Rp21,37 triliun dapat dilampaui karena perseroan masih mengikuti tender proyek dengan nilai total Rp7 triliun.
Adapun tender proyek tersebut akan diumumkan dalam waktu dekat dan memiliki kualifikasi yang sesuai dengan portofolio, pengalaman, serta teknologi yang digunakan WIKA.
“Sekitar Rp7 triliun yang masih berpeluang untuk diperoleh tahun ini,” imbuh Mahendra.
Di lantai bursa, saham WIKA turun 4,42 persen menjadi Rp1.620 per saham pada akhir perdagangan Senin (30/11/2020). Harga bergerak di teritori negatif sejak perdagangan sesi II setelah sempat menyentuh level tertinggi pada Rp1.750 per saham.
Sejak enam bulan terakhir, WIKA melesat 79,01 persen dengan kapitalisasi pasar Rp14,53 triliun.