Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Reksa Dana Menanti Para Bohir Turun Gunung

Dana kelolaan atau nilai aktiva bersih industri reksa dana sudah mulai mendekati level di awal tahun. Pelan tapi pasti, para investor institusi yang berkocek tebal mulai turun gunung setelah berlindung dari kecamuk pasar keuangan di awal tahun. Ke depan, dana kelolaan bakal terus bertumbuh seiring dengan keberanian para bohir menempatkan dana di instrumen berisiko seperti saham.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Dana kelolaan industri reksa dana diramal bakal terus bertumbuh seiring pemulihan pasar. Para pemilik dana jumbo alias bohir  pelan tapi pasti mulai kembali setelah berlindung dari amuk di pasar keuangan.

Data yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan tren yang cukup menggembirakan. Per Oktober 2020, total nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan reksa dana mencapai Rp529,86 triliun dan mulai mendekati posisi di awal tahun.

Sekadar mengignatkan, di akhir kuartal I/2020, dana kelolaan reksa dana menyentuh posisi terendah sejak 2017, yaitu sebesar Rp471,87 triliun. Dengan kata lain, sejak Maret hingga Oktober, dana kelolaan reksa dana bertambah Rp57,99 triliun.

Itulah dana yang kembali hilang saat pasar keuangan berkecamuk pada Maret 2020. Sebagai gambaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level terendah 3.900. Kemarin, level IHSG sudah kembali ke 5.600 bahkan sempat menyentuh level 5.700.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per akhir Oktober 2020, total nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana secara industri ada di level Rp529,86 triliun dengan 430,69 miliar unit penyertaan. Realisasi ini hampir mendekati posisi dana kelolaan dan unit penyertaan reksa dana di awal tahun.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana meyakini dana kelolaan reksa dana akan terus berlanjut hingga akhir tahun, seiring dengan pemulihan ekonomi yang kian mengerek nilai aset dasar serta pembelian unit reksa dana yang meningkat.

Dia menyebut pada dasarnya unit penyertaan akan selalu bertambah karena banyak investor yang pasti membeli reksa dana secara berkala, terutama investor institusi seperti dana pensiun dan asuransi.

Pun, investor institusi yang sepanjang tahun ini cenderung wait and see diproyeksi mulai kembali masuk pasar reksa dana secara bertahap. Di sisi lain, investor ritel tercatat terus bertumbuh.

“Tentu penambahan jumlah investor sangat berpengaruh,” kata Wawan kepada Bisnis, belum lama ini.

Meskipun demikian, secara nilai dana kelolaan, masuknya investor institusi dinilai memberi pengaruh paling signifikan karena dana yang masuk cenderung jauh lebih besar dibandingkan investor ritel.

Senada, CIO Eastspring Investments Indonesia Ari Pitojo memproyeksikan dana kelolaan reksa dana akan meningkat sesuai dengan prediksi dari IMF dan World Bank yakni membaiknya ekonomi 2021.

“Ini tentunya sejalan juga dengan pandangan Eastspring,” kata dia kepada Bisnis. 

Ari menilai di sisa tahun ini investor institusi diperkirakan akan lebih aktif. Pasalnya, menjelang penutupan tahun ada beberapa yang memilih asset lebih aggressive untuk mengejar return dalam windows dressing.

“Tahun depan seiring dengan perubahan fundamental, seperti GDP kita percaya, investor institusi akan memiliki risk appetite yang lebih baik,” imbuhnya.

Direktur Utama STAR Investment Reita Farianti mengatakan ketidakpastian seputar vaksin Covid-19 serta tingkat efektivitasnya membuat investor institusi masih akan cenderung menahan diri untuk sepenuhnya menempatkan dana di aset berisiko.

Kendati demikian, seiring dengan ekspektasi pemulihan ekonomi pada 2021 akan berlangsung bertahap sehingga investor institusi  secara bertahap mulai kembali masuk ke aset berisiko seperti reksa dana saham.

“Tentunya dengan potensi hasil Pemilu AS akan membuat wilayah emerging market mempunyai potensi return yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya dengan adanya incoming inflow ke wilayah emerging market,” ujar Reita, kepada Bisnis, Rabu (25/11/2020)

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan kembalinya investor institusi mulai terasa belakangan ini. Dia menyebut bulan ini sejumlah investor institusi mulai melakukan pembelian reksa dana dalam jumlah yang signifikan yakni di atas Rp100 miliar.

“Sejak awal bulan November sudah ada aktivitas dari institusi yang masuk ke reksa dana saham. Sebenarnya yang jelas sejak Pilpres AS selesai dan [pengesahan] Omnibus Law sudah mulai diterima [pembelian dari institusi],” tutur Rudiyanto, ketika dihubungi Bisnis, Rabu (25/11/2020)

Meskipun demikian, dia melihat belum semua investor institusi “turun gunung” karena sebagian di antaranya kembali menunggu momentum harga yang tepat karena belakangan ini indeks harga saham gabungan (IHSG) naik pesat.

“Tidak semua investor institusi melakukan pembelian. Ada juga yang menunggu harga balik atau naik untuk melakukan profit taking, karena sejak awal tahun kan return masih negatif,” ujar dia.

Namun, melihat perkembangan saat ini dia mengamini kenaikan dana kelolaan di industri investasi kolektif akan terus terjadi hingga akhir tahun, selain dari kenaikan aset juga dari tingginya net subscription atau pembelian unit penyertaan oleh institusi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper