Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan instrumen surat utang ritel terakhir yang terbit tahun ini, yakni Sukuk Tabungan seri ST007 telah menyentuh angka Rp4 triliun.
Berdasarkan data yang dilansir dari salah satu mitra distribusi daring hari ini, Senin (23/11/2020) sekitar pukul 13.10 siang, total penjualan ST007 telah menyentuh Rp4,09 triliun. Adapun sisa batas pemesanan tercantum sekitar Rp902,94 miliar dari target pemesanan Rp5 triliun.
Namun, realisasi tersebut masih di bawah penjualan ORI018 pada Oktober lalu yang mencapai Rp12,97 triliun, begitu pula jika dibandingkan dengan penjualan instrumen sukuk ritel yang diterbitkan sebelum ST007 yaitu sukuk ritel seri SR013 yang mencapai Rp25,67 triliun
Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan, angka penjualan ST007 yang tidak sebesar seri sebelumnya disebabkan oleh tingkat imbal hasil (yield) yang tidak sebesar seri-seri obligasi ritel sebelumnya.
“Ini juga ditambah dengan sifat ST007 yang tidak dapat diperdagangkan (non tradeable),” katanya saat dihubungi pada Senin (23/11/2020).
Selain itu, arus kas masyarakat Indonesia di akhir tahun juga cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan awal atau pertengahan tahun saat seri-seri obligasi ritel lainnya diluncurkan.
Fikri menjelaskan, pada pertengahan tahun, masyarakat mendapatkan beragam insentif seperti tunjangan hari raya (THR), dividen, dan lain-lain. Tambahan cash flow ini langsung dimanfaatkan oleh investor ritel untuk melakukan sejumlah hal seperti belanja dan berinvestasi.
“Sementara di akhir tahun ini tidak ada sentimen serupa yang meningkatkan arus kas masyarakat,” ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kementerian Keuangan Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan seri ST007 merupakan instrumen yang tak dapat diperdagangkan atau nontradable sehingga minat investor tak sebesar pada seri lainnya.
Di sisi lain, dia mengungkapkan pemerintah juga pada dasarnya tidak memasang target tinggi untuk instrumen satu ini, apalagi ST007 juga merupakan instrumen surat utang ritel terakhir yang terbit tahun ini.
“Ngga besar karena sudah dipenuhi di sukuk ritel di awal dan ORI di awal, kita tahu pula di akhir tahun banyak yang sudah siap-siap cash-nya buat tahun baru dan sebagainya sehingga target kita tidak bisa besar,” jelas Dwi dalam paparan via daring, pekan lalu.