Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Efek Vaksin dan OPEC+, Harga Minyak Memanas ke US$42

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan Desember 2020 terpantau naik 0,6 persen di level US$41,70 per barel pada New York Mercantile Exchange
BP Plc. berencana mengurangi 10.000 pekerja setelah kemerosotan harga minyak / Bloomberg
BP Plc. berencana mengurangi 10.000 pekerja setelah kemerosotan harga minyak / Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia menunjukkan tren penguatan dan mendekati level US$42 per barel seiring dengan kabar kejelasan vaksin dan tertundanya rencana penambahan produksi minyak dunia dari OPEC.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (12/11/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan Desember 2020 terpantau naik 0,6 persen di level US$41,70 per barel di New York Mercantile Exchange hingga pukul 10.32 waktu Singapura.

Selain itu, harga minyak Brent untuk kontrak bulan Desember 2020 naik 0,5 persen dan berada di kisaran US$44,03 per barel setelah ditutup menguat 0,4 persen pada sesi perdagangan sebelumnya.

Harga minyak dunia telah melesat lebih dari 12 persen pada pekan ini seiring dengan kabar kejelasan vaksin dari Pfizer. Hal tersebut menimbulkan harapan akan adanya pemulihan permintaan minyak dunia pada pertengahan 2021 mendatang.

Selain itu, ekspektasi berkurangnya stok minyak mentah AS juga membantu sentimen positif harga minyak. Data dari Bloomberg menunjukkan, pada pekan lalu, persediaan minyak AS menyusut 1,9 juta barel

Chief Market Strategist CMC Markets Michael McCarthy mengatakan penguatan harga minyak dunia masih akan berlangsung dalam jangka pendek. Ia memperkirakan, sentimen vaksin belum akan memiliki dampak yang signifikan sebelum didistribusikan secara luas.

“Namun, reli positif harga minyak yang terjadi mengindikasikan keyakinan pasar bahwa harga minyak dunia dapat bertahan di level saat ini,” ujarnya.

Sementara itu, spread kontrak tiga bulan minyak Brent berada di level contango sebesar 78 sen. Jarak tersebut merupakan selisih terendah sejak Juli lalu yang mengindikasikan sentimen kelebihan pasokan mulai berkurang.

Sementara itu, pembicaraan antara Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (The Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dengan negara-negara sekutunya atau OPEC+ telah mengarah ke penundaan penambahan output minyak dunia selama tiga hingga enam bulan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper