Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah bergerak melanjutkan pelemahannya pada pembukaan perdagangan Kamis (12/11/2020) setelah sempat naik signifikan pada awal pekan ini.
Berdasarkan Bloomberg, Kamis (12/11/2020), nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau dibuka pada posisi Rp14.120 per dolar AS, melemah 0,25 persen atau 35 poin hingga pukul 09.08 WIB
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama juga melemah 0,08 persen ke posisi 92,972.
Mata uang kawasan Asia pada perdagangan kali ini juga dibuka variatif dengan penguatan dipimpin oleh baht Thailand dan yuan China yang terapresiasi masing-masing 0,4 persen dan 0,19 persen.
Adapun, pada perdagangan Rabu (11/11/2020) rupiah parkir di level Rp14.085 per dolar AS, melemah 0,2 persen atau terdepresiasi 27,5 poin di saat indeks dolar AS berbalik menguat setelah dalam dua pekan terakhir dalam tekanan.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa memprediksi rupiah masih cenderung fluktuatif pada pembukaan perdagangan Kamis (12/11/2020), setelah berbalik melemah pada perdagangan sebelumnya.
“Rupiah mungkin ditutup melemah sebesar 15-100 poin di kisaran Rp14.050 hingga Rp14.120 per dolar AS,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (12/11/2020).
Ibrahim menjelaskan, sentimen positif vaksin Covid-19 yang mendorong rupiah untuk perkasa melawan dolar AS.
Dia mengatakan bahwa investor menyadari terdapat kesempatan melakukan aksi profit taking sebelum vaksin Covid-19 tersebut memenuhi semua persyaratan untuk dirilis ke publik yang dapat mengangkat aset-aset berisiko, termasuk rupiah untuk lanjut menguat.
Selain itu, kabar baik perkembangan vaksin Covid-19 itu juga terdapat masalah logistik dalam mendistribusikan ratusan juta dosis yang sangat sensitif terhadap suhu.
“Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump menolak menerima hasil pemilihan presiden, dengan klaim penipuan dan kecurangan pemilu yang tidak berdasar. Hal ini membuat ekspektasi kelancaran transisi kekuasaan menjadi keraguan dan menciptakan ketidakpastian di pasar global,” ujar Ibrahim.