Bisnis.com, JAKARTA — Emiten konstruksi PT Adhi Karya (Persero) Tbk. membidik kontrak baru setidaknya hingga Rp18,2 triliun bakal masuk dalam pembukuan tahun ini.
Direktur Keuangan Adhi Karya A. A. Gede Agung Dharmawan menyampaikan ada sejumlah kontrak baru dari berbagai proyek yang berpotensi didapatkan perseroan pada sisa tahun ini, mulai dari pengerjaan jalan tol hingga proyek reguler seperti revitalisasi bangunan.
“Kami masih punya beberapa potensi [kontrak baru]. Ada Jalan Tol Binjai-Langsa, itu masih ada potensi kurang lebih sisanya dari yang sudah kami kerjakan sekitar Rp4,4 triliun lagi,” ujarnya, pekan lalu.
Lebih lanjut, perseroan juga membidik kontrak baru dari proyek Jalan Tol Solo-Jogja-Kulonprogo yang diharapkan bisa diraih pada November 2020, dengan nilai sekitar Rp7,8 triliun.
Selanjutnya, emiten berkode saham ADHI tersebut juga akan mendapatkan kontrak dari 6 segmen jalan tol dalam kota (Jakarta Inner Toll Road) dengan nilai Rp1 triliun-Rp2 triliun dan dari proyek-proyek reguler pada sisa 2 bulan tahun ini, sekitar Rp4 triliun.
Secara keseluruhan dari potensi kontrak baru di atas, ADHI dapat mengantongi kontrak baru Rp18,2 triliun lagi menjelang akhir tahun.
Baca Juga
Apabila terealisasi, ADHI dapat membukukan nilai kontrak baru melebihi Rp24,4 triliun pada tahun ini atau dapat mencapai target Rp25 triliun-Rp27 triliun.
Selain beberapa proyek tadi, Agung menyebut pihaknya juga menargetkan dapat memeroleh kontrak baru dari proyek Cikunir-Ulujami Elevated Toll Ring Road pada tahun depan.
“Ulujami ini mungkin tidak tahun ini, tetapi tahun depan masih kami lihat perkembangannya,” tuturnya.
Hingga akhir September 2020, Adhi Karya telah meraih kontrak baru senilai Rp6,2 triliun atau lebih tinggi 32 persen dibandingkan perolehan kontrak baru pada bulan sebelumnya, yang sebesar Rp4,7 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2020, ADHI mencatatkan penurunan kinerja pendapatan sebesar 5,41 persen secara tahunan menjadi Rp8,45 triliun.
Penurunan pendapatan diikuti koreksi laba yang anjlok 95,62 persen menjadi Rp15,38 miliar. Jumlah ini berkurang drastis mengingat pada akhir September 2019, perseroan masih mampu mencetak laba Rp351,22 miliar.