Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurs Jisdor Menguat ke Rp14.439, Rupiah Jawara Asia di Pasar Spot

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.439 per dolar AS, berhasil menguat 118 poin dibandingkan dengan posisi kemarin, Rp14.557 per dolar AS.
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Kurs rupiah menyentuh posisi level Rp14.439 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Kamis (4/11/2020).

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.439 per dolar AS, berhasil menguat 118 poin dibandingkan dengan posisi kemarin, Rp14.557 per dolar AS.

Adapun, kurs Jisdor melanjutkan tren penguatannya, dan sudah terapresiasi selama 3 hari perdagangan berturut-turut.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg hari ini, pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot juga berhasil membuka perdagangan di zona hijau. Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.385 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Kamis (4/11/2020).

Kemudian, hingga pukul 10.17 WIB rupiah masih menguat 0,94 persen ke level Rp14.427,5 per dolar AS. Adapun, penguatan nilai tukar rupiah di pasar spot sejalan dengan mayoritas kinerja mata uang Asia lainnya.

Rupiah berhasil memimpin penguatan, lalu diikuti won yang naik 0,55 persen dan disusul ringgit yang juga mengalami penguatan terhadap dolar AS sebesar 0,34 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa nilai tukar rupiah kemungkinan akan menyentuh level Rp14.350 per dolar AS pada November.

Hal itu seiring dengan proyeksi kemenangan Joe Biden pada pemilihan presiden AS dan kabar masyarakat Indonesia yang dapat divaksinasi pada Desember 2020. Sentimen itu berhasil mengalahkan sentimen negatif dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 yang diyakini mengalami resesi.

“Biden Effect, karena kebijakan politik dan ekonomi yang moderat dari Biden mendukung pasar,” papar Ibrahim pada Kamis (5/11/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper