Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil Pilpres AS Butuh Waktu, Kontrak Berjangka Bursa AS Fluktuatif

Indeks berjangka S&P 500 untuk kontrak bulan Desember 2020 terpantau menguat tipis 0,1 persen setelah sempat melesat 1 persen di New York.
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar berjangka Amerika Serkat bergerak fluktuatif seiring dengan kekhawatiran pelaku pasar bahwa hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) AS baru akan diketahui dalam beberapa hari mendatang.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (4/11/2020), indeks berjangka S&P 500 untuk kontrak bulan Desember 2020 terpantau menguat tipis 0,1 persen setelah sempat melesat 1 persen di New York. Dalam dua hari terakhir, indeks ini menguat 3 persen.

Tempat pemungutan suara telah ditutup pada beberapa negara bagian di wilayah Pantai Timur AS, termasuk sejumlah wilayah kunci seperti Georgia dan Florida yang sejauh ini masih dipimpin oleh calon petahana, Donald Trump.

Hasil jajak pendapat yang dilakukan sebelum pemungutan suara menunjukkan keunggulan kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, dari Trump. Meski demikian, Biden hanya unggul tipis aas Trump di sejumlah negara bagian yang menjadi kunci.

“Para investor mengharapkan adanya hasil pemilu yang cepat atau stimulus fiskal dalam jumlah besar. Saat ini, harapan-harapan tersebut sedang tergerus,” jelas Head of Asset Allocation Pacific Life Fund Advisors, Max Gokhman.

Sementara itu, kondisi pasar menunjukkan tren fluktuatif beberapa pekan terakhir jelang dimulainya pilpres AS seiring dengan kekhawatiran investor akan hasil pemilu yang dapat diperdebatkan kedua calon. Hal ini juga ditambah dengan kenaikan jumlah kasus positif virus corona di sejumlah wilayah, termasuk AS.

Investor menaruh harapan bahwa kemenangan Biden akan berujung pada hasil pemilihan yang cepat didapatkan. Meski demikian, membanjirnya suara masyarakat yang memilih melalui surat membuat sejumlah negara bagian kemungkinan baru dapat mengumumkan hasil pemilu pada Selasa pekan depan.

Hal tersebut juga ditambah dengan kebimbangan pasar terkait hasil pilpres AS. Pada 2016 lalu, pelaku sempat memandang kemenangan Trump akan berdampak negatif terhadap pasar modal sebelum akhirnya berbalik mendukungnya.

Sementara itu, saat ini para investor mulai terlihat mendukung Biden seiring dengan keunggulannya pada pilpres kali ini. Mereka berharap Biden akan menepati janjinya yang akan menengahi pembicaraan paket stimulus jumbo untuk memulihkan perekonomian.

Meski demikian, janji kampanye Biden yang akan menaikkan pajak korporasi dinilai akan menekan pasar modal. Partai Demokrat juga berjanji untuk memperketat regulasi dan mengawasi perusahaan-perusahaan teknologi berkapitalisasi pasar jumbo dalam beroperasi.

Kemungkinan lain dari kemenangan Biden adalah gagalnya Partai Demokrat meraih suara mayoritas di lantai Senat yang berpotensi memecah Kongres AS. Hal ini akan mengganggu upaya Biden dalam merancang anggaran dan berimbas pada terancamnya rencana-rencana kebijakan yang telah disiapkan Biden.

“Semakin ketat hasil pemilihannya, maka risikonya akan semakin besar. Hasil pemilu yang tipis adalah risiko bagi pasar, semakin lama hasilnya diketahui, semakin besar risikonya,” jelas CEO Cornerstone Capital Group, Erika Karp.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper