Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) melepas kepemilikan sahamnya di Asiawide Kalbe Philippines Inc., anak usahanya yang beroperasi di Filipina.
Corporate Secretary Kalbe Farma Lukito Kurniawan Gozali menyampaikan Asiawede Kalbe Philippines (AKPI) merupakan salah satu entitas anak yang 49,99 persen sahamnya dimiliki perusahaan melalui Kalbe International Pte. Ltd. (KI).
Pada 28 Oktober 2020, KI mengalihkan seluruh sahamnya di AKPI kepada ARC Holdings Inc. Corporation, sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak mealui perjanjian jual beli saham. Harga transaksi 7.142,32 peso Filipina atau setara dengan Rp2,16 miliar.
Berdasarkan data perseroan, Kalbe membentuk Joint Venture (JV) dengan ARC Holdings, yakni AKPI pada 2010. Tujuan utama pendirian JV ialah penjualan produk siap minum ExtraJoss.
Emiten berkode saham KLBF tersebut merevisi target pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sejalan dengan prediksi kondisi pandemi hingga akhir tahun ini.
“Perseroan merevisi target pertumbuhan penjualan bersih tahun 2020 sebesar 4 persen – 6 persen dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih sekitar 8 persen -10 persen,” tulis manajemen dalam rilis pers perseroan, Jumat (30/10/2020).
Baca Juga
Adapun, pada bulan Mei lalu, Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan perseroan memproyeksikan pertumbuhan pendapatan sebesar 6 persen - 8 persen dan pertumbuhan laba bersih 5 persen - 6 persen hingga akhir tahun dengan asumsi kenaikan penjualan selama periode Lebaran.
Tak lama berselang, pada Agustus lalu, Vidjongtius akhirnya merevisi target pertumbuhan penjualan menjadi 4 persen sampai 6 persen untuk kinerja keseluruhan tahun 2020 dengan harapan kondisi Covid-19 tidak semakin memburuk.
“Target pertumbuhan kita 4 - 6 persen, dan harapan untuk ke enam persen itu tetap masih ada,” ungkap Vidjongtius dalam webinar bersama Samuel Sekuritas, Selasa (11/8/2020).
Kala itu, Direktur Keuangan Kalbe Farma Bernadus Karmin Winata menyatakan segmen penjualan obat resep memang menjadi tantangan besar perseroan di masa awal penyebaran pandemi karena berkurangnya pasien yang mengunjungi klinik dan rumah sakit.
“Kita memperhitungkan di awal Juli dan Agustus sudah ada peningkatan, target [pertumbuhan segmen penjualan obat resep] mungkin maksimum 2 persen jika keadaan jauh membaik,” ujar Bernadus saat itu.
Sementara itu, dilihat dari laporan keuangan per September 2020, segmen obat resep masih menjadi satu-satunya segmen penjualan perseroan yang mencatatkan kinerja negatif sebesar 3,71 persen secara tahunan.
Di sisi lain, emiten yang tergabung dalam anggota indeks Bisnis-27 tersebut juga mempertahankan anggaran belanja modal sebesar Rp1 triliun yang akan digunakan untuk perluasan kapasitas produksi dan distribusi.
Perseroan juga mengumumkan rasio pembagian dividen dipertahankan pada rasio 45 persen hingga 55 persen dengan memperhatikan ketersediaan dana dan kebutuhan pendanaan internal.