Bisnis.com, JAKARTA - Saham-saham di negara berkembang menjadi pelarian investor global seiring dengan pelemahan aset aman seperti emas dan mata uang yen.
Mengutip Bloomberg, tolok ukur saham negara berkembang telah melonjak lebih tinggi karena pasar ekuitas dari Eropa hingga AS terhuyung-huyung akibat sentimen gelombang kedua penyebaran Covid-19. Bursa saham negara maju juga goyah karena dilanda ketidakpastian menjelang pemilihan presiden atau pilpres di Amerika Serikat.
Indeks MSCI Emerging Markets telah naik sekitar 3,5 persen sepanjang Oktober berjalan, sedangkan indeks MSCI All-Country World turun 1,4 persen dalam periode yang sama.
Menurut ahli strategi Goldman Sachs Group Inc. Caesar Maasry dan Ron Gray, kinerja indeks MSCI Emerging Markets itu telah mengungguli Indeks S&P 500 selama lima bulan terakhir dengan rata-rata kenaikan 6 persen.
“Kami pikir underpositioning eksposur saham pasar berkembang menjelaskan ketahanan relatif aset itu. Pengamatan ini semakin memperkuat keyakinan kami bahwa risiko / imbalan tampak menarik di seluruh perdagangan pro-siklus pasar berkembang ketika mempertimbangkan kinerjanya hingga akhir tahun,” tulis Maasry dan Gray seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (30/10/2020).
Adapun, UBS Global Wealth Management dalam publikasi risetnya juga mengatakan bahwa saham pasar berkembang dapat memperoleh keuntungan dari hasil pemilihan jika Joe Biden mengalahkan Donald Trump pada pekan depan.
Baca Juga
Senada, Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee dalam sesi webinar Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2020, sempat mengatakan bahwa ada beberapa faktor utama yang membuka peluang arus dana asing kembali masuk ke Indonesia, yaitu proyeksi kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden AS 2020 dan disahkannya Undang-undang Cipta Kerja.
Dia menjelaskan bahwa kemenangan Joe Biden dalam kontestasi itu akan membuat dolar AS dalam tren negatif seiring dengan penggelontoran stimulus yang diyakini lebih besar daripada ekspektasi.
“Selain itu, Joe Biden yang cenderung pro pajak tinggi akan membuat valuasi saham AS akan lebih mahal sehingga pasar modal diproyeksi terkoreksi karena dana asing akan lari ke pasar berkembang, salah satunya ke Indonesia,” papar Hans Kwee dalam sesi webinar Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2020, Kamis (22/10/2020).