Bisnis.com, JAKARTA — Emiten BUMN farmasi, PT Kimia Farma Tbk. mencetak pertumbuhan pendapatan tipis di hingga kuartal III/2020. Namun, di sisi lain saham Kimia Farma naik drastis dalam sepuluh bulan terakhir.
Publikasi laporan keuangan Kimia Farma, Jumat (30/10/2020) menunjukkan, perseroan meraup pendapatan sebanyak Rp7,04 triliun per September 2020. Angka itu naik 2,42 persen dibandingkan dengan posisi September 2019.
Beban pokok penjualan tercatat naik 1,11 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp4,10 triliun pada kuartal III/2020. Dengan demikian, emiten berkode saham KAEF itu mencetak pertumbuhan laba bruto 4,69 persen secara tahunan menjadi Rp2,63 triliun.
Laba usaha perseroan masih tumbuh 17,57 persen yoy menjadi Rp504,53 miliar akhir September 2020.
Sayangnya, beban keuangan KAEF naik 25,39 persen yoy menjadi Rp447,75 miliar pada kuartal III/2020. Akibatnya, perseroan membukukan penurunan laba sebelum pajak 32,97 persen secara tahunan menjadi Rp69,41 miliar per 30 September 2020.
KAEF membukukan laba bersih Rp37,19 miliar pada kuartal III/2020. Pencapaian itu turun 11,09 persen dibandingkan dengan Rp41,83 miliar periode yang sama tahun lalu.
Kendati laba turun, laju saham KAEF terbilang impresif. Sejak awal tahun, saham KAEF telah melonjak 152 persen. Kinerja tersebut tentu lebih baik bila dibandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih terkoreksi 18,59 persen secara year to date.
Kinerja saham KAEF terkerek berkat sentimen pengadaan vaksin virus corona. Sejak induk usaha PT Biofarma (Persero) bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal China, Sinovac, saham KAEF terus diburu investor.
Kenaikan saham KAEF dan emiten farmasi lain seolah tidak terbendung saat Presiden Joko Widodo meminta perencanaan vaksinasi Covid-19 dipercepat. Sebagai gambaran, saat Presiden Jokowi melontarkan pernyataan tersebut pada 12 Oktober 2020, saham KAEF naik 4,87 persen.