Bisnis.com, JAKARTA — Investor perlu memerhatikan sejumlah sentimen jika ingin tetap masuk ke pasar saham di penghujung tahun ini, termasuk memilih sektor-sektor yang potensial.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo menuturkan, sepanjang tahun berjalan indeks harga saham gabungan atau IHSG memang terpantau mulai pulih meski masih negatif.
“Secara year to date IHSG mulai menanjak walau masih dalam area minus yaitu kisaran -18 persen. Hal ini adalah cerminan pulihnya IHSG dalam tahun yang kelam ini, dari kejatuhannya di level terendah sekitar -38 persen,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (26/10/2020)
Dia memperkirakan dalam penghujung penutupan tahun ini IHSG akan berjalan mendatar. Pasalnya, investor masih menanti katalis-katalis lain setelah Omnibus Law disahkan, seperti Pemilu di Amerika Serikat, laporan keuangan kuartal III, juga data ekonomi nasional.
Selain itu, tambah Frankie, sentimen yang tak kalah pentingnya adalah perkembangan vaksin Covid-19 yang dikabarkan siap edar mulai bulan November mendatang sebab vaksin memiliki peran penting dalam menggerakkan aktivitas masyarakat menuju normal kembali.
“Di saat ini strategi umum yang dapat dilakukan oleh investor, wait and see, dan juga mulai mempersiapkan cash yang cukup, jika-jika katalis yang ada memberikan sentimen positif, investor bisa segera ikut serta dalam kenaikan IHSG,” tutur dia.
Baca Juga
Selain itu, dia menyarankan agar investor mempertimbangkan saham dari sektor-sektor yang kemungkinan akan mengalami pemulihan yang lebih cepat dibandingkan sektor lainnya.
Frankie menyebut salah satu yang dapat dipertimbangkan adalah sektor properti karena sektor ini akan mendapat dampak positif dari UU Omnibus Law setelah terpuruk selama lima tahun belakangan.
“Dengan ekspansi bisnis dan pembukaan lahan industri bagi para investor, dengan ijin yang dipermudah dan dipersingkat. BSDE, BEST boleh diperhatikan karena memiliki landbank yang strategis,” ujarnya.
Dia juga merekomendasikan sektor pertambangan seiring dengan adanya wacana soal baterai untuk mobil listik, mengingat Indonesia dinilai siap dan memiliki sumber daya melimpah untuk bahan bakunya seperti nikel dan timah.
Untuk tahun depan, Frankie menilai ada sejumlah isu yang penting diperhatikan investor seperti stimulus, relaksasi pajak dan kredit. Selain itu, perlu dicermati alokasi APBN untuk penanggulangan Covid-19, kerja sama dengan Jepang, Proyek Strategis Nasional (PSN), serta Sovereign Wealth Fund (SWF) di awal tahun depan.
“Hal-hal ini dirasa dapat menjadi modal utama, kembali pulihnya Indonesia di tahun depan, dan IHSG diharapkan bukan hanya kembali ke puncak awalnya di level 6.000-an, namun juga bisa melampauinya,” tutup dia.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi memberikan tips bagi investor yang ingin tetap berinvestasi di pasar saham di tengah situasi pandemi yang masih berlangsung.
Inarno mengatakan investor perlu melihat saham-saham yang memiliki fundamental dan likuiditas yang bagus, salah satunya dengan mengacu pada indeks-indeks yang telah dibuat oleh bursa seperti indeks LQ45 dan IDX30.
“Itu tentunya fundamentalnya cukup baik, terpilih dengan komite yang cukup bagus dan transparan. Rasanya itu bisa dipakai sebagai acuan,” katanya dalam tayangan Tanya IDX yang diunggah di kanal Youtube resmi BEI, belum lama ini.
Selain itu, Inarno mengimbau investor agar terus memperkaya dirinya dengan pengetahuan dan beragam informasi tentang saham-saham yang dipilihnya, antara lain dengan mencermati kinerja keuangan emiten.
“Masuklah ke web kita, bacalah laporan keuangan untuk mengetahui [kinerja] saham-saham yang dipilih,” tukasnya.