Bisnis.com, JAKARTA - Laju saham PT Bank BRI Syariah Tbk. kembali tersungkur menyusul pengumuman rencana merger dengan dua bank syariah kemarin. Sesi pertama perdagangan Kamis (22/10/2020) belum berakhir, saham BRIS sudah anjlok 6,81 persen.
Berdasarkan data Bloomberg, saham berkode BRIS dibuka di level 1.395, sama seperti level kemarin. Namun, tak berselang lama, saham BRIS sudah anjlok 95 poin atau 6,81 persen .
Total perdagangan saham BRIS hingga pukul 10.39 WIB mencapai 30,57 juta lembar dengan nilai transaksi Rp39,74 miliar.Investor asing mencetak net sell atau jual bersih senilai Rp26 miliar.
Kemarin, saham BRIS juga menyentuh level auto reject bawah (ARB) setelah turun 7 persen.
Untuk diketahui, harga saham BRIS naik gila-gilaan sejak rencana merger bank syariah berhembus. Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ini mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia pada 9 Mei 2018 dengan harga 510.
Saham BRIS terkerek mulai Mei 2020. Ekspektasi merger membuat investor berburu saham BRIS sehingga saham terkerek hingga 580,63 persen per posisi 10.39 WIB.
Baca Juga
Namun, pengumuman rencana merger kemarin membuat investor, terutama investor ritel kecewa. Seorang investor BRIS bercerita, skema merger tidak menguntungkan investor ritel sama sekali.
Untuk diketahui, rencana penggabungan BRIS dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) dan BNI Syariah memang akan menggerus saham publik, dari 18,47 persen menjadi tinggal 4,4 persen.
Investor memang bisa meminta BRIS untuk membeli saham investor yang menolak merger hingga rapat umum pemegang saham luar biasa digelar pada 19 November 2020. Hal itu diatur dalam Pasal 15 POJK No. 41/2019 dan Pasal 126 juncto Pasal 62 UUPT
Terkait hal itu, induk BRI Syariah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. telah sepakat untuk menyerap saham milik investor BRIS yang menolak merger. Harga saham yang akan diserap mencapai Rp781,29 per saham.
Harga ini merupakan nilai pasar wajar atas saham BRIS, sebagaimana dinyatakan dalam hasil penilaian dari penilai independen, KJPP Suwendho, Rinaldy dan Rekan.
Nilai cash offer inilah yang membuat investor ritel gigit jari. Di samping tidak ada rencana rights issue, nilai cash offer jauh di bawah harga saham BRIS saat ini.
“Ini ibarat kena prank. Banyak angka bagus soal setelah merger tapi masa cash offer hanya 1x PBV [priceto book value], gak ada gula-gula sama sekali buat investor ritel,” ujar seorang investor BRIS yang enggan disebut namanya.
Secara umum, rencana merger BRI Syariah, BSM, dan BNI Syariah belum mendapat persetujuan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Rencana ini juga perlu mendapat persetujuan pemegang saham dalam RUPSLB. Singkat kata, penggabungan tiga bank syariah diharapkan bisa mencapai tahap legal merger pada Februari 2021.
Skema penggabungan atau merger dimulai dengan peningkatan modal dasar BRI Syariah. Saham BSM dan BNI Syariah akan dikonversi menjadi modal BRIS. Hasil konversi akan menempatkan Bank Mandiri selaku induk BSM sebagai pengendali baru dengan porsi 51,2 persen.
Sementara itu, Bank Negara Indonesia (BNI) selaku induk BNI Syariah kebagian saham 25 persen. Adapun BRI yang semula menjadi pengendali, porsi sahamnya susut menjadi 17,4 persen.