Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Susul Wall Street, Bursa Asia Dibuka Melemah

Indeks S&P/ASX 200 Australia dibuka di zona merah dengan penurunan 0,1 persen. Penurunan juga terjadi pada indeks Topix Jepang dan Kospi Korea Selatan yang masing-masing terkoreksi 0,2 persen dan 0,4 persen.
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham Asia dibuka melemah pada perdagangan Selasa (20/10/2020), seiring dengan lesunya kinerja bursa Amerika Serikat.

Dilansir dari Bloomberg, indeks S&P/ASX 200 Australia dibuka di zona merah dengan penurunan 0,1 persen. Penurunan juga terjadi pada indeks Topix Jepang dan Kospi Korea Selatan yang masing-masing terkoreksi 0,2 persen dan 0,4 persen.

Sementara itu. indeks berjangka S&P 500 naik 0,5 persen hingga pukul 08.02 waktu Tokyo, Jepang. Sebelumnya, indeks ini terpantau turun pada perdagangan Senin Kemarin.

Penurunan di pasar Asia terjadi menyusul saham Amerika Serikat yang ditutup melemah ke level terendah dalam hampir dua pekan terakhir karena Kongres masih berbeda pendapat mengenai paket stimulus AS.

Para pelaku pasar pun masih terus menanti kejelasan paket stimulus sebelum pemilu AS berlangsung pada 3 Novemer mendatang. Adapun The Fed meminta adanya lebih banyak dukungan fiskal untuk membantu pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona.

Ketua DPR AS dari Partai Demokrat Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin dilaporkan terus melakukan pembicaraan guna mencapai kesepakatan pada paket stimulus ini. Dalam rancangan anggarannya, Partai Demokrat menolak mengurangi bantuan untuk pemerintahan daerah, pekerja, sekolah, dan layanan kesehatan.

Analis Senior Oanda, Edward Moya mengatakan pasar aset berisiko kehilangan daya tariknya seiring dengan perkembangan kasus positif virus corona di seluruh dunia. Hal ini juga diperparah dengan ketidakjelasan paket stimulus fiskal AS serta bank sentral yang mengambil kebijakan wait and see.

"Sejauh ini belum ada tanda-tanda penghapusan pelonggaran kuantitatif. Meski demikian, hal ini belum menjadi alasan yang cukup untuk membeli saham," jelasnya.

Sementara itu, angka kasus positif virus corona di seluruh dunia telah mencapai 40 juta kasus. Di AS, negara bagian Wisconsin dan sejumlah wilayah lain yang menjadi medan perang pemilihan presiden AS menimbulkan tantangan baru bagi calon petahanan Donald Trump 2 minggu jelang pemilihan bergulir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper