Bisnis.com, JAKARTA - Emisi obligasi global dalam beberapa bulan terakhir semakin marak dilakukan oleh korporasi Indonesia. Momentum rendahnya biaya yang dikeluarkan oleh korporasi diyakini menjadi salah satu faktor penerbitan.
Dalam satu bulan terakhir, sejumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan tengah merancang penerbitan obligasi global, seperti PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) melalui anak usahanya senilai US$1,11 miliar dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) senilai US$700 juta.
Tidak hanya itu, PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) akan menerbitkan US$650 juta dan PT Indika Energy Tbk. (INDY) yang akan mengemisi obligasi senilai US$450 juta. Adapun, kedua emiten itu akan menerbitkan obligasi melalui anak usahanya masing-masing.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan bahwa pada dasarnya tidak ada kebutuhan khusus yang membuat banyak emiten lebih memilih instrumen obligasi global sebagai instrumen pencarian dana segar.
Pasalnya, hampir semua emiten pun tengah mencari strategi yang pas untuk menjaga kas tetap sehat seiring dengan banyaknya tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19.
Hanya, di tengah pandemi Covid-19 yang telah melemahkan pertumbuhan ekonomi global sehingga membuat banyak bank sentral negara-negara terpaksa menurunkan suku bunga acuannya.
Hal itu pun berdampak pada berkurangnya beban yang harus dikeluarkan oleh emiten untuk mengemisi obligasi global.
“Itu tampaknya dilihat banyak emiten sangat menarik. Jadi, ini hanya kesempatan yang digunakan oleh para emiten karena ada momentum cost of fund yang lebih murah, seperti refinancing utang, menggantikannya dengan kupon yang lebih rendah,” papar Reza saat dihubungi Bisnis, Selasa (20/10/2020).
Senada, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan bahwa faktor utama maraknya emisi obligasi global oleh banyak emiten didukung oleh murahnya biaya emisi obligasi global saat ini.
“Karena bunga global saat ini rendah, apalagi sekarang likuiditas global tengah longgar. Tentu mereka akan cari yield yang lebih tinggi,” papar Hans kepada Bisnis.
Di sisi lain, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama meyakini emisi obligasi global yang diterbitkan oleh emiten dalam negeri tidak kalah menarik dari korporasi luar negeri.
Dia juga menilai banyak korporasi Indonesia berhasil mempertahankan rating dari penilain para lembaga pemeringkat internasional.
Oleh karena itu, Nafan optimistis emisi korporasi Indonesia tetap akan diserap baik oleh pasar.
“Investor tentu akan mencermati rating setiap perusahaan dan surat utangnya masing-masing, tapi sejauh ini bagus dan menarik,” papar Nafan kepada Bisnis.