Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diterpa Gelombang Penolakan Omnibus Law, Rupiah Terkapar

Aksi demonstrasi mahasiswa di Istana Merdeka yang menyuarakan penolakan terhadap Undang Undang (UU) Cipta Kerja menjadi salah satu sentimen internal penekan pergerakan rupiah.
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terkapar di tengah gelombang demonstrasi yang terus mengali di dalam negeri hingga Jumat (16/10/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.698 per dolar Amerika Serikat (AS). Posisi itu melemah 8 poin atau 0,05 persen dari sesi sebelumnya.

Nilai tukar rupiah melemah kompak bersama dengan won yang terkoreksi 4,06 poin. Sebaliknya, sejumlah mata uang Asia mampu menguat pada akhir pekan ini.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan rupiah ditutup melemah tipis meski sempat koreksi cukup dalam 40 poin pada pembukaan. Dia menggarisbawahi sejumlah eksternal dan internal yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah akhir pekan ini.

“Dalam perdagangan pekan depan, mata uang rupiah kemungkinan akan dibuka melemah walaupu sesi akhir ditutup menguat sebesar 5 poin—40 poin di level Rp14.690—Rp14.730,” jelasnya dalam siaran pers, Jumat (16/10/2020).

Dari internal, Ibrahim menyebut terjadi demonstrasi mahasiswa di Istana Merdeka pada Jumat (16/10/2020). Aksi itu bertujuan menyuarakan penolakan terhadap Undang Undang (UU) Cipta Kerja.

Dia menyebut Bank Dunia juga ikut mengomentari UU Cipta Kerja. Lembaga keuangan internasional itu menurutnya menilai beleid sapu jagad tersebut sebagai upaya reformasi besar-besaran untuk menjadikan Indonesia lebih berdaya saing.

Untuk faktor eksternal, Ibrahim mengatakan ada beberapa faktor yang menjadi perhatian. Salah satunya jumlah kasus Covid-19 yang melonjak di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper