Bisnis.com,JAKARTA — Merger perbankan syariah BUMN diramal bakal mendongkrak kinerja keuangan PT Bank BRIsyariah Tbk. (BRIS). Kabar itu juga diyakini masih akan menjadi bahan bakar penguatan saham BRIS
Rencana merger perbankan pelat merah masuk ke babak baru. Bank BRIsyariah, PT Bank BNI Syariah (BNIS), dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM) telah meneken perjanjian penggabungan bersyarat atau conditional merger agreement (CMA) dalam rangka rencana penggabungan tiga entitas pada Senin (12/10/2020).
Setelah penggabungan efektif, BRIS akan menjadi entitas yang menerima penggabungan atau surviving entity dan seluruh pemegang saham BNIS dan BSM akan menjadi pemegang saham dari entitas yang menerima penggabungan.
Kabar itu langsung mendongkrak laju saham BRIS di pasar modal pada perdagangan Selasa (13/10/2020). Pergerakan harga menguat hingga menyentuh auto reject atas (ARA) atau sebesar 25 persen ke level Rp1.125.
Sepekan terakhir, BRIS tengah berada dalam tren positif dengan naik 33,14 persen. Sepanjang periode itu, tercatat investor asing masuk dengan net buy atau beli bersih Rp2,25 miliar.
BRIS resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Mei 2018. Perseroan membanderol harga pelaksanaan initial public offering (IPO) di Rp510.
Baca Juga
Dengan mengacu kepada harga pelaksanaan IPO, harga saham BRIS sudah terbang 120,58 persen. Komposisi pemegang saham terbanyak masih ditempati oleh induk usaha, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dengan kepemilikan 73 persen.
Associate Director BUMN Research Group (BRG) LM-Universitas Indonesia Toto Pranoto mengatakan dengan menjadikan BRIS sebagai surviving entity dalam proses merger ini maka proses backdoor listing terjadi. Menurutnya, ide itu cukup menarik.
“Merger ini akan menjadikan BRIS menjadi perusahaan terbuka dengan kekuatan kapital dan jaringan yang besar. Cukup setara untuk bersaing dengan bank umum kegiatan usaha IV lainnya,” paparnya kepada Bisnis, Selasa (13/10/2020).
Sementara itu, Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan merger akan membuat BRIS lebih efisien. Pasalnya, perseroan dapat memiliki jumlah aset yang lebih besar dan dapat memaksimalkan kapasitas operasional.
“Selain itu, pangsa pasar BRIS juga menjadi makin besar karena yang tadinya merupakan pasar milik pesaing,kini telah dikuasai oleh BRIS,” paparnya.
Frederik mengungkapkan valuasi BRIS masih terbilang murah. Bahkan, price to book value (PBV) setelah merger menurutnya masih sekitar 0,5 kali.
“Terlihat murah tetapi belum tahu detailnya ya karena bank bisa saja ada bad loan yang harus di-write off, ini bisa mengurangi equity atau ada keperluan untuk rights issue sehingga BVPS menurun akibatnya PBV juga meningkat,” paparnya.
Secara terpisah, Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Project Management Office, Hery Gunardi mengungkapkan alasan dipilihnya BRIS sebagai survivor dalam merger bank BUMN syariah.
Menurutnya, BRIS menjadi satu-satunya yang berstatus sebagai perusahaan publik.
Hery mengatakan dengan pemilihan BRIS proses penggabungan secara resmi nantinya akan menjadi lebih mudah. Dua perusahaan yang berstatus tidak tercatat sebagai perusahaan publik dapat menggabungkan diri ke BRIS.