Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah kembali turun di bawah level US$40 per barel seiring dengan kembali berjalannya produksi di Teluk Meksiko setelah Badai Delta berlalu.
Selain itu, pembukaan kembali kegiatan operasional di kilang minyak terbesar di Libya juga turut menekan pergerakan harga.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (12/10/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan November 2020 terpantau turun 1,5 persen di level US$39,99 pada New York Mercantile Exchange hingga pukul 08.18 waktu Singapura.
Selain itu, harga minyak Brent untuk kontrak bulan Desember 2020 juga turun 1,5 persen dan berada di kisaran US$42,22 per barel pada bursa berjangka Eropa ICE. Harga minyak Brent turun 1,5 persen pada penutupan kemarin.
Harga minyak berjangka di New York kembali turun di bawah level US$40 per barel seiring dengan kembali berjalannya eksplorasi minyak mentah dan kapal-kapal di kilang Teluk Meksiko pada Sabtu lalu. Sebanyak 92 persen produksi minyak dan 62 persen output gas di wilayah ini sempat terhenti akibat badai Delta yang menghantam AS.
Sementara itu, National Oil Corp di Libya telah membuka kembali produksi minyak pada kilangnya yang berada di Shahara. Produksi minyak dari wilayah tersebut akan mencapai 300 ribu barel dalam waktu 10 hari ke depan.
Kembali beroperasinya ladang minyak di Shahara ini kian menambah sentimen yang harus dipikirkan oleh OPEC+ yang merencanakan untuk menambah produksi minyak dunia pada Januari 2021 mendatang. Keputusan terkait hal tersebut akan dibahas dalam pertemuan pada 30 November hingga 1 Desember mendatang.
Di sisi lain, Menteri Perminyakan Irak Ihsan Abdul Jabbar menyatakan memperkirakan harga minyak mentah akan berada di kisaran US$41 hingga US$42 per barel sebelum naik ke posisi US$45 per barel pada kuartal I/2021. Irak juga menyatakan akan mematuhi batasan produksi minyak harian yang masih berlaku.
Di Amerika Serikat, data dari Baker Hughes menyatakan, aktivitas pengeboran minyak menunjukkan tanda-tanda kenaikan meskipun pemulihan permintaan baru akan terjadi pada 2022 dan 2023. Jumlah kilang minyak yang aktif di Negeri Paman Sam tersebut naik 4 menjadi 193 kilang minyak pada pekan lalu.