Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham emiten perbankan bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV mayoritas berakhir di zona hijau pada sesi perdagangan Selasa (6/10/2020).
Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 0,82 persen atau 40,452 poin ke level 4.999,221 pada akhir sesi Selasa (6/10/2020). Investor asing kembali menekan indeks dengan aksi jual atau net sell hingga Rp258,39 miliar.
Indeks saham sektor keuangan atau JAKFIN memimpin penguatan IHSG dengan naik 1,65 persen ke posisi 1.086,36. Kapitalisasi pasar naik dari Rp2.019,58 triliun pada Senin (5/10/2020) menjadi Rp2.052,86 triliun.
Pergerakan saham perbankan BUKU IV mayoritas parkir di zona hijau pada akhir sesi pertama Selasa (6/10/2020). PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) terbang 3,26 persen ke level Rp28.500 menjadi motor utama sektor saham keuangan.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengekor dengan kenaikan 2,80 persen ke level Rp5.500. Selanjutnya, PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) naik 1,36 persen ke level Rp745.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga naik 1,08 persen ke level Rp4.670. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mengekor dengan kenaikan 0,95 persen ke level Rp3.190 diikuti PT Bank Danamon Tbk. (BDMN) 0,89 persen ke level Rp2.260.
Baca Juga
Adapun, PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN) ditutup stagnan di level Rp745. Pergerakan sempat menguat ke level Rp755 pada awal perdagangan.
Head Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo mengatakan JAFKIN cukup berperan besar dalam pergerakan IHSG ke zona hijau. Kondisi itu menurutnya dipicu oleh pengesahan Undang Undang (UU) Cipta Kerja atau omnibus law.
“Dengan diberlakukannya omnibus law ini, dapat menjadi angin segar bagi perbankan untuk menorehkan revenue di tahun berjalan ini, dengan penyaluran kredit korporasi yang hendak ekspansi setelah dirasa mendapatkan lampu hijau dari UU ini,” paparnya kepada Bisnis, Selasa (6/10/2020).
Optimisme itu, lanjut dia, turut berimbas kepada saham perbankan Indonesia. Hal itu khususnya emiten berkapitalisasi pasar jumbo seperti BMRI, BBCA, BBNI, BBTN, dan BBRI.
Frankie menyebut BBCA dan BMRI menjadi incaran asing karena kredit yang lebih terkonsentrasi ke korporasi dan investasi yang secara selektif dapat menerima kredit. Kondisi itu berbeda dengan bank pelat merah lainnya yang masih diarahkan dalam penyaluran stimulus untuk pemulihan ekonomi kerakyatan.
BBCA menempati daftar teratas net foreign sell dengan Rp159,7 miliar diikuti oleh BMRI Rp42,4 miliar. Sebaliknya, BBRI mendapat tekanan jual dengan net sell Rp50,3 miliar oleh investor asing.