Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UU Cipta Kerja Finis, Saham Emiten Milik Orang Terkaya RI Beda Nasib

Saham Bank BCA (BBCA) dan Sarana Menara (TOWR), yang merupakan emiten afiliasi Grup Djarum milik Hartono bersaudara, bergerak berlawanan di tengah penguatan pasar saham.
Nasabah berbicara dengan karyawan melalui Video Banking di salah satu Kantor Cabang Bank BCA di Jakarta, Rabu (23/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Nasabah berbicara dengan karyawan melalui Video Banking di salah satu Kantor Cabang Bank BCA di Jakarta, Rabu (23/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. menjadi incaran utama investor asing sehari setelah dilakukan pengesahan rancangan undang undang Cipta Kerja pada Senin (5/10/2020).

Bank Central Asia (BCA) langsung tancap gas sejak awal perdagangan Selasa (6/10/2020). Pergerakan harga saham perseroan naik Rp550 ke level Rp28.150 pada sesi pembukaan.

Emiten berkode saham BBCA itu lanjut bergerak di zona hijau sepanjang sesi pertama hingga sempat menyentuh level resistancei Rp28.500. Harga saham naik 3,08 persen atau Rp850 ke level Rp28.450 pada akhir sesi pertama Selasa (6/10/2020).

Investor asing memborong saham BBCA sampai dengan pukul 11:30 WIB. Total net buy atau beli bersih mencapai Rp108,24 miliar.

Sebaliknya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk. mengawali perdagangan dengan stagnan di level Rp1.035 pada Selasa (6/10/2020). Pergerakan harga saham coba menuju zona hijau namun kembali turun sebelum akhirnya kembali ke Rp1.035 saat akhir sesi pertama.

Emiten berkode saham TOWR itu dilepas oleh investor asing pada sesi pertama perdagangan. Total net sell atau jual bersih mencapai Rp7,8 miliar.

Kendati demikian, TOWR menjadi incara utama investor asing dalam sebulan terakhir. Tercatat, terjadi net buy senilai Rp124,44 miliar sepanjang periode tersebut.

Seperti diketahui, BBCA dan TOWR merupakan emiten afiliasi Grup Djarum yang dimiliki Hartono bersaudara. Robert dan Michael menempati urutan teratas daftar miliarder asal Indonesia periode 2020 versi Forbes dengan kekayaan US$26,6 miliar.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan hampir semua sektor industri diuntungkan dengan adanya omnibus law. Menurutnya, industri dalam negeri dapat semakin bersaing dengan negara tetangga.

“Sehingga bisa mengundang industri asing dan domestik semakin banyak mendirikan pabrik di Indonesia,” tuturnya.

Edwin mencontohkan beberapa sektor yang diuntungkan adalah sektor yang masuk ke dalam daftar negatif investasi (DNI). Salah satunya sektor yang padat karya seperti tekstil dan rokok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper