Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah diproyeksi masih berada dalam tekanan pada pekan depan, seiring dengan minimnya katalis positif yang dapat membawa nilai tukar bergerak di zona hijau.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan saat ini, rupiah dikelilingi sentimen yang tidak begitu menguntungkan. Dari sentimen eksternal, negosiasi paket stimulus dari Pemerintah AS masih belum menemukan kesepakatan sehingga pasar kembali masuk ke dolar AS untuk mencari posisi aman.
Pasar juga masih menunggu langkah Pemerintah AS selanjutnya menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump yang terkonfirmasi positif Covid-19. Selain itu, pasar juga tengah menanti data tenaga kerja AS atau Non Farm Payroll (NFP) yang bisa menentukan arah dolar AS selanjutnya.
Jika rilis tenaga kerja AS menunjukkan perbaikan, maka sentimen positif bisa kembali ke aset berisiko dan rupiah bisa menguat. Namun, jika sebaliknya, rupiah masih akan bertahan di zona merah.
Sementara itu, dari dalam negeri, data deflasi Indonesia juga memberikan tekanan ke rupiah karena mengindikasikan kontraksi lanjutan dari ekonomi dalam negeri di tengah pandemi.
"Saat ini, sebagian isu di atas belum memberikan sentimen positif bagi rupiah. Jadi mungkin tekanan untuk rupiah masih akan tetap ada pekan depan," ujar Ariston kepada Bisnis, Jumat (2/10/2020).
Baca Juga
Dia memperkirakan rupiah berada di kisaran Rp14.750 hingga Rp14.950 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, rupiah parkir di level Rp14.865 per dolar AS, terkoreksi 0,2 persen atau 30 poin. Sepanjang pekan ini, rupiah menguat tipis 0,05 persen.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,08 persen ke posisi 93,782.
Secara terpisah, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan ketidakpastian proses Brexit juga telah menjadi sentimen negatif bagi rupiah. Komisi Eropa menyatakan akan memulai tindakan hukum terhadap Inggris karena melanggar ketentuan Perjanjian Penarikan yang mengatur transisi usai Brexit.
Para pemimpin Uni Eropa (UE) pun diproyeksi menolak untuk menyetujui posisi negosiasi Inggris saat ini tentang bantuan negara ketika masa transisi berakhir pada akhir tahun.
"Dengan demikian, pada perdagangan Senin (5/10), rupiah kemungkinan akan terjadi fluktuatif yang mengarah terhadap pelemahan, tetapi kemungkinan ditutup menguat terbatas sebesar 5-20 poin di level Rp14.845-Rp14.930 per dolar AS," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat (2/10).