Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia merosot ditengah penurunan jumlah penerbangan komersial yang kian memperburuk prospek permintaan komoditas ini.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (1/10/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan November 2020 turun 0,5 persen ke level US$40,02 per barel di Bursa New York Mercantile Exchange hingga pukul 08.32 waktu Singapura.
Selain itu, harga minyak Brent untuk kontrak bulan Desember 2020 terpantau turun 0,4 persen pada harga US$42,13 per barel pada bursa berjangka Eropa ICE. Harga minyak Brent naik 1,8 persen pada penutupan kemarin.
Harga minyak berjangka di New York nyaris turun dibawah level US$40 per barel setelah terkoreksi 5,6 persen selama September 2020. Salah satu faktor penyebab koreksi harga ini adalah data dari Flightradar24 yang menyatakan jumlah penerbangan komersial dalam periode 1 minggu yang turun ke level terendah sejak pertengahan Agustus lalu.
Sentimen ini semakin menekan harga minyak dunia setelah sejumlah pakar menyatakan pemulihan permintaan minyak dunia akan memakan waktu sekitar 18 bulan hingga 2 tahun. Selain itu, sejumlah negara di Eropa terpaksa kembali melakukan kebijakan pembatasan pergerakan atau lockdown seiring dengan lonjakan kasus positif virus corona.
Baca Juga
Tekanan lain juga muncul dari lonjakan pasokan minyak seiring dengan produksi minyak dari Libya yang naik hampir empat kali lipat dalam sebulan terakhir. Libya juga telah membuka kilang minyaknya di Sarir pada Selasa lalu yang membawa total produksi minyak Libya dari 80 ribu barel per hari menjadi 300 ribu barel per hari.
Sementara itu, harga minyak mentah acuan Amerika Serikat naik 2,4 persen pada hari Rabu, kenaikan tertinggi dalam dua minggu. Reli positif tersebut terjadi setelah Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (US Energy Information Administration/EIA) melaporkan cadangan minyak mentah AS turun ke level terendah sejak April lalu setelah berkurang 2 juta barel.