Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak sawit berjangka meningkat di tengah kekhawatiran pasokan, setelah Malaysia menghentikan seluruh aktivitas di perkebunan dan pabrik kelapa sawit di distrik Kunak, Sabah, selama dua pekan.
Seperti dilansir dari Bloomberg, pada pagi ini harga turun CPO turun 11 persen di sesi pagi sebelum rebound 0,9 persen menjadi 2.847 ringgit/ton, menyusul kabar bahwa kebun dan pabrik sawit di Malaysia akan ditutup sementara.
Diketahui, pada Senin (28/9/2020), dewan setempat mengeluarkan pemberitahuan bahwa semua perkebunan kelapa sawit dan pabrik di daerah Kunak, Sabah harus ditutup mulai 29 September hingga 12 Oktober 2020 seiring dengan adanya perintah lockdown untuk menanggulangi wabah virus corona.
Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Association/MPOA) mengatakan mereka akan mengajukan banding ke dewan untuk mengizinkan operasi tetap berjalan.
“Ini membuat banyak ketidakpastian mengenai tingkat produksi untuk Sepatember dan Oktober,” kata Institutional Sales Manager and Broker Phillip Futures Marcello Cultrera, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (29/9/2020).
Owner Palm Oil Analytics Singapura Sathia Varga mengatakan adanya lockdown di Sabah bisa jadi dapat membantu harga minyak sawit pulih dari kerugian. Namun, ketidakpastian tetap tinggi karena MPOA tengah melobi pemerintah agar tetap diizinkan beroperasi.
Varga memperkirakan produksi minyak sawit Malaysia akan naik 8-10 persen pada bulan September. Pun, produksi minyak sawit pada Oktober akan menjadi kunci, setelah lockdown terbaru di daerah produsen terbesar CPO Malaysia tersebut.
Sementara itu, pasar juga tengah menunggu kejelasan mengenai perubahan pungutan biodiesel di Indonesia, kendati para trader telah memperhitungkan peningkatan pesanan minyak sawit mentah dari Indonesia.
“Setiap indikasi mengabaikan mandat akan berdampak negatif pada harga,” tambah Varqa.