Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia melorot dibawah US$40 per barel seiring dengan prospek pemulihan permintaan yang lambat. Di sisi lain, pasar menghadapi tambahan pasokan dari Libya yang kembali ke kancah pasar minyak setelah membuka beberapa pelabuhannya.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (30/9/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan November 2020 turun 0,6 persen ke level US$39,05 per barel pada New York Mercantile Exchange hingga pukul 08.43 waktu Singapura.
Selain itu, harga minyak Brent untuk kontrak bulan November 2020 yang berakhir pada hari ini terpantau turun 0,6 persen pada harga US$40,80 per barel pada bursa berjangka Eropa ICE. Harga minyak Brent turun 3,3 persen pada penutupan kemarin.
Penurunan harga minyak dipicu oleh lonjakan kasus virus corona yang terjadi di seluruh dunia. Hal ini berdampak pada prospek pemulihan permintaan minyak dunia.yang akan berjalan lama.
Mercuria Energy Group, memperkirakan level permintaan minyak akan kembali ke level sebelum pandemi dalam 18 bulan mendatang Sementara itu, analis Pierre Andurand memprediksi pemulihan permintaan akan memakan waktu selama dua tahun.
Pasar juga tengah menghadapi lonjakan pasokan minyak dari salah satu negara anggota OPEC+, Libya. Hal ini kemungkinan juga akan diikuti oleh kenaikan produksi dari Rusia.
Chief Executive of Trader Vitol Group Russell Hardy mengatakan tingkat konsumsi minyak dunia saat ini berada di bawah rerata sebelum pandemi sekitar 4 hingga 5 juta barel per hari. Ben Luckock, Co-Head of Oil Trading Trafigura Group mengatakan mengambil sikap bullish pada pasar minyak untuk saat ini sulit dilakukan.
Sementara itu, data dari American Petroleum Institute menyatakan, jumlah cadangan minyak mentah berkurang 831 ribu barel pada pekan lalu di Amerika Serikat..
Adapun jumlah cadangan minyak pada pusat penyimpanan di Cushing meningkat 1,61 juta barel. Kenaikan juga terjadi pada jumlah pasokan bensin sebesar 1,62 juta barel.
Catatan tersebut akan menjadi pertumbuhan pertama dalam delapan minggu bila temuan tersebut dikonfirmasi oleh Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (US Energy Information Administration/EIA) pada Rabu ini