Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Tahan Penurunan Kinerja Reksa Dana Campuran

Kinerja reksa dana campuran mendapat topangan dari kinerja salah satu aset dasar penyusunnya yaitu obligasi yang tengah menikmati tren suku bunga rendah.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja kelas aset pendapatan tetap tahun ini menjadi kompensasi atas kejatuhan harga saham dalam produk reksa dana campuran.

Tak seperti kinerja indeks reksa dana saham yang mengikuti keterpurukan IHSG sejak awal tahun, penurunan kinerja indeks reksa dana campuran terpantau lebih terbatas.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kinerja reksa dana campuran mendapat topangan dari kinerja salah satu aset dasar penyusunnya yaitu obligasi yang tengah menikmati tren suku bunga rendah.

“Kalau tidak ada obligasi, mungkin [kinerja indeks reksa dana campuran] lebih dari minus 20 persen, seperti reksa dana saham,” kata Wawan kepada Bisnis, Jumat (25/9/2020).

Berdasarkan data Infovesta Utama per 18 September 2020, kinerja indeks reksa dana campuran tercatat minus 11,11 persen atau lebih baik ketimbang kinerja yang dicetak indeks reksa dana saham sebesar minus 23,94 persen.

Kendati demikian, kinerja indeks reksa dana campuran masih lebih rendah dibandingkan kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap sebesar 4,46 persen dan indeks reksa dana pasar uang sebesar 3,35 persen.

Kinerja obligasi pemerintah pada tahun ini memang belum sebaik sebelum pandemi karena investor nonresiden terus membutukan jual bersih atau net sell

Walaupun suku bunga sudah diturunkan menjadi 4 persen, yield obligasi tenor 10 tahun terpantau berada di level yang sama ketika suku bunga 5 persen.

Yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun bahkan sempat mendekati level 7 persen baru-baru ini yang menandakan terjadi penurunan harga obligasi pemerintah secara signifikan.

Kendati demikian, Wawan menyebut obligasi pemerintah ritel yang digandrungi masyarakat belakangan ini turut mencuri perhatian para manajer investasi demi mendapatkan return produk reksa dana yang lebih moncer.

“Lelang FR memang tipis tapi kalau Sukuk Ritel (SR) maupun Obligasi Negara Ritel (ORI) malah rekor ya permintaannya, lebih dari Rp20 triliun atau jauh di atas target,” imbuh Wawan.

Hal itu, lanjut Wawan, memperlihatkan bahwa kebutuhan investor terutama dari kalangan ritel atas investasi yang dipandang aman dan menguntungkan lewat obligasi negara masih sangat besar ketika bunga deposito kian turun.

Adapun, reksa dana dan obligasi ritel dinilai tidak bersaing satu sama lain karena beberapa manajer investasi juga menggunakan obligasi ritel untuk underlying asset produk reksa dana.

“Malah reksa dana sekarang banyak yang isinya ORI. Di pasar sekunder, banyak sekali reksa dana yang memburu ORI karena cashflow bulanan itu menarik sekali,” ujar Wawan.

Seperti diketahui, pembayaran kupon obligasi ritel dilakukan setiap bulan sementara obligasi negara berjenis FR (fixed rate) diberikan sekali dalam enam bulan.

Wawan pun tetap merekomendasikan reksa dana campuran untuk investor yang memiliki horison waktu investasi 3—5 tahun.

Pasalnya, IHSG yang diproyeksikan pulih pada 2021 dan 2022 akan membawa kinerja reksa dana campuran melebihi kinerja reksa dana pendapatan tetap.

Sedangkan untuk investor yang ingin berinvestasi jangka pendek di bawah 3 tahun disarankan mengakumulasi reksa dana pendapatan tetap karena kinerjanya masih akan lebih baik ketimbang reksa dana lainnya.

“Campuran kan tujuannya untuk investor yang lebih moderat dibandingkan masuk saham. Reksa dana campuran bisa menghasilkan return di atas pendapatan tetap di masa depan dengan risiko tidak sebesar di saham,” kata Wawan.

Infovesta Utama menargetkan kinerja indeks reksa dana campuran mampu membaik ke minus 5 persen pada akhir tahun nanti. Sedangkan, indeks reksa dana saham tampak akan berkutat di kisaran 15 persen-20 persen karena IHSG diperkirakan hanya mampu naik hingga 5.500 pada tahun ini.

Indeks reksa dana pendapatan tetap diperkirakan bisa memberikan return 7 persen - 8 persen pada akhir 2020.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper