Bisnis.com, JAKARTA — Pemberlakuan kembali pembatasan sosial berskala besar di wilayah DKI Jakarta menyita perhatian investor hingga institusi internasional. Sejumlah sektor diramalkan bakal tertekan saat yang lainnya mampu menikmati keuntungan.
Fitch Ratings memperkirakan ada tanda pemulihan aktivitas bisnis di Indonesia pada semester II/2020 menyusul beberapa kebijakan pelongaran sejak akhir Juni 2020. Namun, laju pemulihan diprediksi akan lambat karena perusahaan masih dilarang beroperasi dengan kapasitas penuh.
Lembaga pemeringkat internasional itu menyoroti penurunan pendapatan banyak rumah tangga membuat konsumen berhati-hati dengan pengeluaran. Risiko lain untuk pemulihan pada paruh kedua tahun ini yakni pemberlakuan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta mulai 14 September 2020.
Director, Corporates Fitch Ratings Olly Prayudi menyebut sorotan tertuju kepada dua sektor yang terdampak PSBB. Sektor yang pertama yakni otomotif.
“Otomotif akan terdampak karena Jakarta adalah salah saatu kota dengan penjualan kendaraan roda empat terbesar begitu juga di sekitarnya,” paparnya kepada Bisnis, Kamis (24/9/2020).
Fitch menyebut Jakarta bersama dengan kota-kota satelitnya berkontribusi sekitar 40 persen dari total kebutuhan kendaraan roda empat nasional. Tanda pemulihan muncul pada Juni 2020—Agustus 2020 namun penerapan PSBB kembali diperkirakan akan membuat permintaan tetap lemah.
Baca Juga
Olly menyebut dampak PSBB Jakarta juga akan dirasakan oleh sektor ritel groseri. Menurutnya, minimarket akan jauh lebih outperform dibandingkan dengan supermarket dan hypermarket.
Fitch menyebut model bisnis minimarket dengan lokasi toko yang lebih dekat dengan kawasan pemukiman lebih baik untuk menahan dampak penguncian wilayah parsial. Sementara itu, supermarket dan hypermarket biasanya memiliki toko yang lebih jauh dari pelanggan.
Sementara itu, Vice President Senior Credit Officer at Moody’s Investors Service Jacintha Poh mengatakan PSBB Jakarta jilid II akan merugikan perusahaan properti. Hal itu khususnya yang memiliki aset ritel dan perhotelan besar.
“Penutupan tempat hiburan, seperti bioskop dan pusat kebugaran, kemungkinan besar akan menyebabkan penyewa mencari keringanan sewa dan rabat sehingga menghambat pendapatan ritel perusahaan properti. Demikian pula, penutupan operasi terkait pariwisata akan berdampak pada pendapatan aset perhotelan,” ujarnya.
Jacintha mengatakan jika penguncian diperpanjang lebih dari dua minggu maka akan menggagalkan ekspektasi terhadap perusahaan properti. Moody’s sebelumnya memprediksi pemulihan laba bersih sektor itu akan terjadi pada semester II/2020.
Sebelumnya, dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Tim Analis J.P. Morgan menuliskan mereka berhati-hati di pasar saham Indonesia. Kebijakan pemberlakuan kembali PSBB dinilai sebagai kejutan negatif.
J.P. Morgan menyebut target indeks harga saham gabungan (IHSG) akhir 2020 di level 5.250, yang ditetapkan pada April 2020, telah tercapai. Pergerakan indeks telah naik 31 persen sejak posisi terdalam pada Maret 2020.
“Sekarang menyiratkan kenaikan terbatas 1 persen hingga akhir tahun,” tulis Tim Analis J.P. Morgan.
J.P. Morgan menilai saat ini menjadi momentum yang tempat untuk merombak posisi atau rekomendasi di sejumlah sektor saham. Bank investasi Amerika Serikat itu menurunkan sektor keuangan, utilitas, dan consumer discretionary dari netral menjadi underweight.
J.P. Morgan menjelaskan bahwa sektor perbankan menyumbang 40 persen dari IHSG. Saham bank, khususnya BUMN, rentan terhadap arus dana keluar saat pasar mengalami koreksi.
Di sisi lain, J.P. Morgan memprediksi sektor otomotif dan ritel akan mengalami tekanan selama penerapan PSBB Jakarta kembali. Kondisi itu seperti terjadi pada April 2020—Mei 2020.